Sebuah Catatan Kecil yang Menaburkan Kecerahan dalam Wacana Kehidupan

Catatan tentang Ramadlan

Dalam hal tertentu, manusia akan merasa semangat melakukan suatu hal yang baru. Terlebih apabila sesuatu yang baru itu merupakan hal yang pertama kali atau sesuatu yang awal yang ia akan lakukan. Salah satu contohnya, seperti halnya dalam bulan ramadlan kita melakukan puasa, tarawih dan tadarusan. Seorang muslim pada awal bulan ramadlan ia tentu akan merasa semangat untuk menjalankan rutinitas bulan puasa tersebut. Bahkan ia menjalankannya pada waktu yang tepat dan penuh antusias.
Namun setelah berjalan beberapa hari, semakin hari semakin terasa berat untuk dijalankan. Perasaan ini akan selalu muncul sebagai dalam benak muslim yg selalu menggoda orang muslim. Sekali ia lengah dan terlena oleh godaan tersebut yang mengganggu kontinuitas dalam rutinitas ini maka ia akan semakin terninakbobokan olehnya. Untuk menghadapi godaan ini, sifat semangat untuk menjalankan ibadah-ibadah dan sifat kontinuitas ini harus terus ditingkatkan setiap muslim.
Semakin akhir bulan ramadlan godaan itu akan semakin kuat, sehingga mungkin ini alasan kenapa lailatur qadar itu di letakkan di akhir-akhir bulan Ramadlan. Bagi yang terlena tentunya ia bisa jadi akan melewatkan lailatul qadar ini. Lailatur qadar yang menurut beberapa ulama diletakkan di hari gajil pada 10 hari terakhir bulan Ramadlan. Ketika kita tidak meningkatkan sifat kontinuitas dalam ibadah maka semakin kecil kesempatannya untuk mendapatkan lailatul qadar.

Maka dari itu, marilah semua umat muslim untuk selalu meningkatkan semangat beribadah kita. Karena kita sekarang sudah menginjak hari ke-22 bulan Ramadlan. Dan semoga kita dapat mendapatkan lailatul qadar, lailatul qadri khairun min alfi syahr. Amin. 
Share:

Catatan tentang Koalisi Partai

Koalisi Merah Putih mulai kendor, satu per satu mulai menunjukkan alasan-alasan untuk membuat koalisi baru. Atau bahkan merapat ke barisan koalisi yang memenangkan duel capres dan cawapres 9 Juli kemarin. Setidaknya ada 3 partai yang merasakan "galau". Ketiga partai tersebut adalah Golkar, PPP dan Demokrat. Ketiganya gundah kalau koalisi merah putihnya itu sebuah permanen. Hal itu wajar dalam dunia politik, tidak ada teman atau musuh sejati, yang ada adalah kepentingan sejati.
Adakalanya kemarin teman, tapi sekarang musuh, adakalanya juga kemarin musuh tapi sekarang menjadi teman. Namun tetap kepentingan menjadi tujuan utama. Dengan menempatkan kepentingan sebagai tujuan, maka tidak mengherankan apabila setiap partai memasang dua kakinya di dua tempat yg berbeda.
Ketika salah satu kakinya terjatuh dalam pentas duel, setidaknya masih ada satu kaki yang menyelamatkannya dari kekalahan pertandingan pada 9 Juli. Pada pilpres 9 Juli, kemarin, merupakan babak final yang mengharuskan kepada pasangan yang diusung untuk berjuang mati-matian dan mengorbankan segala yang ada. Namun pengorbanan yang memang benar-benar berkorban dalam pertandingan itu hanya diperlihatkan pasangan yang maju.
Sedangkan pasangan pendukung -partai yang merapat ke pasangan yang maju ke pilpres- hanya setengah hati dalam memberikan dukungan. Kondisi demikian semakin jelas dengan rumor pecahnya dan kegalauan yang dialami oleh partai pendukung dalam koalisi Merah Putih. Apakah terbelahnya suara koalisi karena pasangan yang mereka usung kalah dalam duel 9 Juli atau karena sebab yang lain? Apakah terbelahnya koalisi yang ada di kubu Merah Putih juga akan berlaku di pasangan yang dinilai "menang" oleh quick qount?

Apakah partai-partai yang terbelah suara akan dicerca banyak pihak karena ketidaksetiaan mereka dalam berkoalisi? Apakah kekalahan dalam duel 9 Juli hanya akan dirasakan oleh pasangan dalam pilpres saja? Mari kita perhatikan bersama kelanjutan pesta politik Indonesia. Dan jangan lupa kita berdoa semoga pasangan menang yang akan ditetapkan pada 22 Juli 2014 bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
Share:

Popular Posts

HALAMAN CATATAN WACANA

Makalah

Info

Opini