Sebuah Catatan Kecil yang Menaburkan Kecerahan dalam Wacana Kehidupan

Puisi Romantis 1

*** MENYATU ***



Langit masih biru
Sejak pertama kali diciptakan sampai sekarang
Embun masih bening dan sejuk
Setiap kali hadir di dedaunan yang selalu merindunya

Namamu pun rupanya tak mau kalah
Masih tetap tersimpang di hati ini sejak waktu mempertemukan dan menjadikan kita menyatu
Menyatu dalam keindahan dalam kebersamaan

Keresahan jiwa
Kegelapan malam
Angin topan
Gelombang air laut
Tak akan pernah lelah tuk menghantui
Mereka siap siaga tuk datang mencari korban

Ketulisan jiwa
Sinar mentari
Kuatnya pondasi rumah
Kemahiran mengendali
Siap menghapi setiap yang datang tuk menghantui
Siap memberikan kenyamanan bagi penghuni

Begitu juga cinta kita
Kekuatan kita menjadi kunci utama
Kekompakan kita menjadi pondasi yang kuat
Keseriusan kita menjadi langkah nyata
Keharmonisan kita menjadi tujuan

Semuanya menyatu dalam dua jiwa
Jiwa yang memutuskan tuk bersatu
Bersatu menjalani lika-liku
Lika-liku yang datang tanpa berkata




Semarang,

Senin, 24 Nopember 2014.
Share:

Pelayanan Administrasi Kependudukan Bagi Penghayat Kepercayaan


Pada dasarnya, menyediakan pelayanan publik yang baik bagi masyarakat merupakan tugas negara melalui pemerintah. Hal ini sebagai pemenuhan hak-hak sipil bagi warga negara. Tugas dan kewajiban ini dilakukan melalui aparat pemerintah dari tingkat paling atas sampai paling bawah seperti RW dan RT. Sebagai kewajiban, maka sudah semestinya setiap aparat pemerintah memberikan pelayanan publik yang baik, termasuk kepada seseorang atau kelompok penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Merujuk data Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, saat ini terdapat 1.515 organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 245 di antaranya memiliki kepengurusan di tingkat nasional dengan jumlah pemeluk sekitar 10 juta orang. Akibat politik pembetasan ‘enam agama yang diakui’ negara, maka penghayat kepercayaan mengalami tindakan diskriminatif dalam pelayanan publik, khususnya dalam pelayanan administrasi kependudukan. Adanya tindakan diskriminatif ini menyebabkan pemenuhan hak-hak dasar penghayat dilanggar, baik hak sipil dan politik, maupun hak ekonomi, sosial dan budaya.
Adapaun yang dimaksudkan dengan administrasi kependudukan sebagaimana dalam Undang-undang (UU) No. 24 Tahun 2014 tentang Administrasi Kependudukan (Arminduk), Pasal 1, Ayat 1 yang berbunyi  “Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.”.
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan -yang sekarang direvisi menjadi UU No. 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan- dan Peraturan Pemerintahn No. 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2006 menjamin hak seorang atau kelompok penganut penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk mendapatkan hak-hak administrasi kependudukan seperti pencantuman kepercayaan dalam KTP, akte kelahiran, perkawinan dan dokumen kematian. Ada juga payung hukum lain, yakni Peraturan Presiden (Perpres) No. 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil.
Dengan adanya perundang-undangan tersebut, maka penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak boleh didiskriminasi. Mereka berhak mendapatkan perlindungan dan pelayanan administraasi kependudukan tanpa diskriminatif.
Dalam UU Arminduk pada Pasal 2 disebutkan bahwa setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh:
1.      Dokumen Kependudukan
2.      Pelayanan yang sama dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil
3.      Perlindungan atas Data Pribadi
4.      Kepastian hukum atas kepemilikan dokumen
5.      Informasi mengenail data hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil atas dirinya dan/atau keluarganya
6.      Ganti rugi dan pemuliha nama baik sebagai akibar kesalahan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil serta penyalahgunaan Data Pribadi oleh Instansi Pelaksana
Sedangkan kewajiban warga negara sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 3 “Setiap Penduduk wajib melaporkan peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi Pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Pendudukan dan Pencatatan Sipil”. Hal ini karena setiap kejadian atau peristiwa penting yang terjadi seperti kelahiran, kematian dan perkawinan akan membawa akibat terhadap penertiban atau perubahan Kartu Keluarga (KK), kartu Tanda Penduduk (KTP) dan surat keterangan kependudukan yang lain yang meliputi pindah datang, perubahan alamat, atau status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
Pelaporan yang dilakukan oleh warga negara akan menjadi dokumen kependudukan. Di mana dokumen kependudukan yang berhak diperoleh semua warga negara adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instanti Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti  autentik yang dihadilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Adapun dokumen kependudukan pada dasarnya meliputi: Biodata Penduduk, Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat keterangan kependudukan dan Akta pencatatan sipil.
Sedangkan surat keterangan kependudukan meliputi surat-surat sebagai berikut:
1.      Surat Keterangan Pindah
2.      Surat Keterangan Pindah Datang
3.      Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri
4.      Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri
5.      Surat Keterangan Tempat Tinggal
6.      Surat Keterangan Kelahiran
7.      Surat Keterangan Lahir Mati
8.      Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan
9.      Surat Keterangan Pembatalan Perceraian
10.  Surat Keterangan Kematian
11.  Surat Keterangan Pengangkatan Anak
12.  Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia
13.  Surat Keterangan Penggantian Tanda Identitas
14.  Surat Keterangan Pencatatan Sipil
Dalam pelayanan pencatatan sipil meliputi pencatatan peristiwa penting yaitu: Kelahiran, Kematian, Lahir mati,  Perkawinan, Perceraian, Pengakuan anak, Pengesahan anak, Pengangkatan anak, Perubahan nama, Perubahan status kewarganegaraan, Pembatalan perkawinan, Pembatalan perceraian dan Peristiwa penting lainnya.
Seperti halnya hak pertama anak setelah dilahirkan adalah identitas yang meliputi nama, orang tua dan kewarganegaraan yang dituangkan dalam bentuk akta kelahiran. Sebagaimana dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 53 Ayat 2 “Setiap anak sejak kelahirannya berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraannya”.
Hak ini akan menentukan pengakuan, pemenuhan dan perlindungan anak yang lainnya, seperti keperdataan (waris dan nafkah). Hak akte kelahiran dijamin dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU. No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan dan UU. No. 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan. Faktanya, sekarang ini masih banyak anak Indonesia yang identitasnya tidak dicatatkan dalam akte kelahiran. Dengan tidak dicatatkannya identitas seorang anak dalam akte kelahiran, maka secara hukum keberadaannya dianggap tidak ada.
Di Indonesia, pencatatan kelahiran secara tidak langsung merupakan turunan dari perkawinan. persoalannya, terdapat perkawinan yang tidak bisa dicatatkan di catatan sipil karena interpretasi undang-undang yang berbeda, seperti kasus yang dialami para penghayat kepercayaan. Mereka tidak bisa memiliki dokumen perkawinan dari negara, karena kepercayaan mereka tidak diakui oleh negara.
Akibatnya anak-anak yang lahir mengalami kesulitan untuk mendapatkan akte kelahiran. Apabila bisa mendapatkan akte kelahiran maka status anak dianggap bukan berasal dari perkawinan yang sah (anak luar kawin) dan hanya memiliki nama ibu dalam akta. Walhasil, anak hanya memiliki hubungan hukum dengan ibunya dalam hal hak waris, hak nafkah dan lainnya. Bahkan ini akan berujung pada berbagai diskriminasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan lahirnya UU Arminduk dengan dijaminnya pencatatan perkawinan bagi penghayat kepercayaan, maka setiap anak yang lahir dari pasangan penghayat kepercayaan dengan sendirinya berhak mendapatkan akta kelahiran. Sebab perkawinan yang mereka dilakukan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya adalah suatu perkawinan yang sah. Sebagaimana dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 2 “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu.”.
Sedangkan dalam hal pengisian kolom agama sebagaimana diatur dalam Pasal 64 Ayat 5 UU Arminduk yang berbunyi “Elemen data penduduk tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan.”. Ketentuan inilah yang menjadi dasar bagi penghayat kepercayaan untuk mendapatkan pelayanan administrasi kependudukan, termasuk KK dan KTP dengan kolong agama tidak diisi. 
Share:

Perhitungan Gerhana Bulan Total 4 April 2015 Metode Ephemeris


HISAB GERHANA BULAN DENGAN METODE EPHEMERIS
PADA PERTENGAHAN BULAN JUMADIL AKHIRAH 1436 H.
1.    Menghitung kemungkinan terjadi Gerhana Bulan pada pertengahan bulan Jumadil Akhirah 1436 H.
Tahun   1430             = 326˚ 14’ 12”
Tahun        6               = 048˚ 16’ 48”
Jumadil Akhirah         = 168˚ 41’ 22” +
Jumlah                        = 543˚ 12’ 22”
                                    = 360˚ 00’ 00” +
                                    = 183˚ 12’ 22”
Hasil dari penjumlah tersebut adalah 183˚ 12’ 22”, jumlah ini berada di antara 165˚ s/d 194˚, sehingga pada pertengahan bulan Jumadil Akhirah 1436 H ada kemungkinan akan terjadi gerhana bulan.
2.    Menghitung konversi tanggal kemungkinan terjadinya Gerhana bulan dari kalender Hijriyah ke kalender Masehi.
Tanggal 15 Jumadil Akhirah 1436 H atau 15 – 6 – 1436 H. Jadi waktu yang telah dilewati adalah sebanyak 1435 tahun + 5 bulan + 15 hari.
1435 tahun : 30 tahun = 47 Daur lebih 25 tahun
47 daur           = 47 x 10.631 hari                            = 499.657 hari
25 tahun         = (25 x 354) + 9 hari                                    =     8.859 hari
5 bulan                       = (5 x 29) + 3 hari                             =        148 hari
15 hari                                                                                    =         15 hari +
                                                                        Jumlah                        = 508.679 hari
Selisih kalender Masehi – Hijriyah                          = 227.016 hari
Anggaran baru  Gregorius (10 + 3)                                    =         13 hari +
                                                                        Jumlah                        = 735.708 hari
508.679 : 7 = 72.668, lebih 03         = Minggu (dihitung dari hari Jum’at)
508.679 : 5 = 101.735, lebih 4         = Wage (dihitung dari Lagi)
735.708 : 1461                      = 503 Siklus, lebih 825 hari
503 Siklus                   = 503 x 4 tahun         = 2012 tahun
825 hari                      = 825 : 365                = 2 tahun, lebih 95 hari
95 hari                                    = 3 bulan, lebih 5 hari
Waktu yang dilewati adalah 2012 tahun + 2 tahun + 03 bulan + 05 hari. Sehingga waktu yang berjalan adalah hari ke 5 bulan ke 4 tahun ke 2015.
Jadi 15 Jumadil Akhirah 1436 H bertepatan dengan 05 April 2015 M, yang jatuh pada hari Minggu Wage.
3.    Menyiapkan data astronomis dari Ephemeris
Karena pada tanggal 05 April 2015 M tidak terjadi FIB (Fraction Illumination Bulan) terbesar, maka diambil data Ephemeris satu hari sebelumnya, yaitu tanggal 04 April 2015 M, hari Sabtu Pon.
4.    Pada tanggal 04 April 2015 M FIB terbesar adalah 0.99999 yang terjadi pada jam 12 GMT.
Pada jam 12 GMT tersebut, harga mutlak Lintang Bulan pada kolom Apparent Latitude Bulan sebesar 00˚ 24’ 04”. Harga ini lebih kecil dari 01˚ 00’ 24”, sehingga pada saat itu benar akan terjadi gerhana bulan.
5.    Menghitung Sabaq Matahari (B1) atau gerak Matahari setiap jam.
ELM jam 12           =   14˚ 24’ 10”
ELM jam 13           =   14˚ 26’ 38”
                   B1        =     0˚ 02’ 28”
6.    Menghitung Sabaq Bulan (B2) atau gerak Bulan setiap jam.
ALB jam 12           =   194˚ 20’ 35”
ALB jam 13           =   194˚ 50’ 35”
                   B2        =     0˚ 30’ 00”
7.    Menghitung Jarak Matahari dan Bulan (MB).
MB              = ELM – (ALB – 180)
= 14˚ 24’ 10” – (194˚ 20’ 35” – 180)
= 14˚ 24’ 10”  - 14˚ 20’ 35”
= 0˚ 03’ 35”
8.    Menghitung Sabaq Bulan Mu’addal (SB)
SB               = B2 – B1
= 0˚ 30’ 00” - 0˚ 02’ 28”
= 0˚ 27’ 32”
9.    Menghitung Titik Istiqbal
Titik Istiqbal          = MB : SB
= 0˚ 03’ 35” : 0˚ 27’ 32”
     Titik Istiqbal          = 00j 07m 48,52d
10.    Menghitung waktu Istiqbal
Istiqbal                = Waktu FIB + Titik Istiqbal – 00j 01m 49,29d
= 12j 00m 00,00d + 00j 07m 48,52d - 00j 01m 49,29d
= 12j 05m 59,23d
11.    Melacak data-data berikut ini dalam Ephemeris pada saat terjadi Istiqbal secara interpolasi
a)     Semi Diameter Bulan (SD()
SD( jam  12j 05m 59,23d
SD( jam  12     = 0˚ 14’ 49,98”           à 0˚ 14’ 49,98”
SD( jam  13     = 0˚ 14’ 50,16”
                        = -0˚ 00’ 00,18”
                        =  0˚ 05’ 59,23” x
                        = -0˚ 00’ 00,02”         à -0˚ 00’ 00,02” -
SD( jam  12j 05m 59,23d                    =    0˚ 14’ 50,00”
b)     Horizontal Parallaks Bulan (HP()
HP(  jam 12j 05m 59,23d
HP( jam  12    = 0˚ 54’ 26,00”           à 0˚ 54’ 26,00”
HP( jam  13    = 0˚ 54’ 27,00”
                        = -0˚ 00’ 01,00”
                        =  0˚ 05’ 59,23” x
                        = -0˚ 00’ 00,01”         à 0˚ 00’ 00,01” -
HP( jam  12j 05m 59,23d                    =  0˚ 54’ 26,01”
c)      Lintang Bulan (L() pada kolom Apparent Latitude Bulan
L(  jam 12j 05m 59,23d
L( jam  12       =  0˚ 24’ 04,00”          à 0˚ 24’ 04,00”
L( jam  13       =  0˚ 26’ 50,00”
                        = -0˚ 02’ 56,00”
                        =  0˚ 05’ 59,23” x
                        = -0˚ 00’ 16,56”         à -0˚ 00’ 16,56” -
L( jam  12j 05m 59,23d                                   =    0˚ 24’ 20,56”
d)     Semi Diameter Matahari (SDo)
SDo  jam 12j 05m 59,23d
SDo jam  12    =  0˚ 15’ 59,60”          à 0˚ 15’ 59,60”
SDo jam  13    =  0˚ 15’ 59,59”
                        = -0˚ 00’ 00,01”
                        =  0˚ 05’ 59,23” x
                        = -0˚ 00’ 00,00”         à 0˚ 00’ 00,00” -
SDo jam  12j 05m 59,23d                    =   0˚ 15’ 59,60”
e)     Jarak Bumi (JB) pada kolom True Geocentric Distance Matahari
JB jam 12        = 1.0000333
12.    Menghitung Horizontal Parallaks Matahari (HPo)
Sin HPo     = sin 0˚ 00’ 08.794” :  1.0000333
     HPo      = 0˚ 00’ 08.79”
13.    Menghitung jarak Bulan dari titik simpul (H)
Sin H        = (sin L( : sin 5˚)
                 = (sin  0˚ 24’ 20,56” : sin 5˚)
     H         =  4˚ 39’ 36,40”
14.    Menghitung Lintang Bulan maksimum terkoreksi (U)
Tan U       = (tan L( : sin H)
                 = (tan  0˚ 24’ 20,56” : sin 4˚ 39’ 36,40”)
     U          = 4˚ 58’ 52,29”
15.    Menghitung Lintang Bulan minimum terkoreksi (Z)
Sin Z         = (sin U x sin H)
                 = (sin 4˚ 58’ 52,29” x sin 4˚ 39’ 36,40”)
     Z          = 0˚ 24’ 25,08”
16.    Menghitung koreksi kecepatan Bulan relatif terhadap Matahari (K)
K               = cos L( x SB : cos U
                 = cos 0˚ 24’ 20,56” x 0˚ 27’ 32” : cos 4˚ 58’ 52,29”
K               = 00˚ 27’ 38,22”
17.    Menghitung besarnya semi diameter bayangan inti bumi (D)
D              = (HP( + HPo – SDo) x 1.02
                 = (0˚ 54’ 26,01” + 0˚ 00’ 08.79” - 0˚ 15’ 59,60”) x 1.02
                 = 0˚ 39’ 21,50”
18.    Menghitung jarak titik pusat bayangan inti bumi sampai titik pusat bulan ketika piringan bulan mulai bersentuhan dengan bayangan inti bumi (X)
X               = D + SD(
                 = 0˚ 39’ 21,50” + 0˚ 14’ 50,00”
                 = 0˚ 54’ 11,50”
19.    Menghitung jarak titik pusat bayangan inti bumi samapi titik pusat bulan ketika seluruh piringan bulan mulai masuk pada bayangan inti bumi (Y)
Y               = D - SD(
                 = 0˚ 39’ 21,50” - 0˚ 14’ 50,00”
                 = 0˚ 24’ 31,50”
Harga Y lebih besar daripada Z, sehingga akan terjadi Gerhana Total
20.    Menghitung jarak titik pusat bulan ketika piringan bulai mulai bersentuhan dengan bayangan inti bumi sampai titik pusat bulan saat segaris dengan bayangan inti bumi (C)
Cos C        = cos X : cos Z
                 = cos 0˚ 54’ 11,50” : cos 0˚ 24’ 25,08”
                 = 00˚ 48’ 22,75”
21.    Menghitung waktu yang diperlukan oleh bulan untuk berjalan mulai ketika piringan bulan bersentuhan dengan bayangan inti bumi sampai ketika titik pusat bulan segaris dengan bayangan inti bumi (T1)
T1             = C : K
                 = 00˚ 48’ 22,75” : 00˚ 27’ 38,22”
                 = 1j 45m 01,87d
22.    Menghitung jarak titik pusat saat segaris dengan bayangan inti bumi samapi titik pusat bulan ketika seluruh piringan bulan masuk pada bayangan inti bumi (E)
Cos E        = cos Y : cos Z
                 = cos 0˚ 24’ 31,50” : cos 0˚ 24’ 25,08”
     E          = 0˚ 2’ 17,31”
23.    Menghitung waktu yang diperlukan oleh bulan untuk berjalan mulai titik pusat bulan saat segaris dengan bayangan inti bumi sampai titik pusat bulan ketika seluruh piringan bulan masuk pada bayanagn inti bumi (T2)
T2             = E : K
                 = 0˚ 2’ 17,31” : 00˚ 27’ 38,22”
                 = 00j 4m 58,09d
24.    Koreksi pertama terhadap kecepatan bulan (Ta)
Ta             = cos H : sin K
                 = cos 4˚ 39’ 36,40” : sin 00˚ 27’ 38,22”
                 = 123˚ 58’ 45,90”
25.    Koreksi kedua terhadap kecepatan bulan (Tb)
Tb             = sin L( : sin K
                 = sin 0˚ 24’ 20,56” : sin 00˚ 27’ 38,22”
                 = 00˚ 52’ 50,89”
26.    Menghitung waktu Gerhana (T0)
T0                        = (sin 0 .05˚ x Ta x Tb)
                 = (sin 0.05˚ x 123˚ 58’ 45,90” x 00˚ 52’ 50,89”)
                 = 00˚ 05’ 43,07”
27.    Menghitung waktu titik tengah gerhana (Tgh)[1]
Karena harga mutlak Lintang Bulan semakin membesar, maka menggunkan rumus:
Tgh          = Istiqbal – T0 – ∆T
                 = 12j 05m 59,23d - 00˚ 05’ 43,07” - 00˚ 01’ 12,2”
                 = 11j 59m 03,96d  GMT
                    07j 00m 00,00d  +
Tgh          = 18j 59m 03,96d WIB (tanggal 4 April 2015)
28.    Mulai Gerhana    = Tgh – T1
= 18j 59m 03,96d  - 1j 45m 01,87d
        Mulai Gerhana   = 17j 14m 02,09d
29.    Mulai Total          = Tgh – T2
= 18j 59m 03,96d - 00j 4m 58,09d
       Mulai Total          = 18j 54m 05,87d
30.    Selesai Total       = Tgh + T2
= 18j 59m 03,96d + 00j 4m 58,09d
Selasai Total       = 19j 04m 02,05d
31.    Selesai Gerhana  = Tgh + T1
= 18j 59m 03,96d + 1j 45m 01,87d
Selesai Gerhana  = 20j 44m 05,83d
32.    Kesimpulan
Gerhana Bulan Total terjadi pada hari Sabtu Pon, 4 April 2015 M.
Mulai Gerhana    jam 17 : 14 : 02,09 WIB
Mulai Total          jam 18 : 54 : 05,87 WIB
Selesai Total       jam 19 : 04 : 02,05 WIB
Selesai Gerhana  jam 20 : 44 : 05,83 WIB










[1] Perhatian:
-          jika harga mutlak Lintang Bulan semakin mengecil maka menggunakan rumus:
Tgh = Istiqbal + T0 - ∆T.
-          jika harga mutlak Lintang Bulan semakin membesar maka menggunakan rumus:
Tgh = Istiqbal - T0 - ∆T.
  Catatan:
-          ∆T adalah koreksi waktu TT menjadi GMT
-          Bila dikehendaki dengan waktu WIB, tambahlah 7 jam
-          Bila hasil penembahan tersebut lebih besar dari 24, maka kurangilah dengan 24. Sisanya itulah waktu titik tengah gerhana tetapi pada tanggal berikutnya dari tanggal ephemeris.

Share:

Popular Posts

HALAMAN CATATAN WACANA

Makalah

Info

Opini