Sebulan yang
lalu, Muhammadiyah sudah mendeklarasikan bahwa awal bulan Ramadlan jatuh pada
tanggal 28 Juni 2014. Ormas ini beralasan karena tinggi hilal sudah di atas
ufuk. Sedangkan Pemerintah dan Ormas Nahdlatu Ulama belum menentukan awal bulan
Ramadlan. Model penentuan awal bulan qamariyah ini disebut dengan model hisab.
Sehingga mereka tidak perlu melakukan rukyat al-hilal di lapangan.
Berdasarkan
data perhitungan awal bulan qamariyah, tinggi hilal akhir Sya'ban kurang dari 1
derajat, maka pihak pemerintah akan mengadakan sidang isbat sebagai agenda
rutinan. Dalam sidang inlah pemerintah akan menentukan awal bulan Ramadlan.
Walaupun demikian, sebetulnya pemerintah sudah memiliki kriteria dalam
menentukan awal bulan qamariyah, yakni apabila tinggi hilal 2 derajat. Apabila
tinggi hilal lebih dari 2 derajat secara perhitungan, namun dalam pelaksanaan
rukyat tidak terlihat hilalnya, maka besok tetap sudah awal bulan dan harus
puasa. Begitu juga sebaliknya apabila hilalnya kurang dari 2 derajat dan ada
yang melihat hilal, maka kesaksian tersebut dianggap batal dan besok masih
masuk akhir bulan. Model penentuan awal bulan qamariyah ini disebut dengan
Imkan al-rukyat.
Berbeda
dengan warga Nahdlatul Ulama yang menjadi acuan dalam menentukan awal bulan
tetap rukyat al-hilal dengan panduan hisab. Sehingga bagi warga NU pelaksanaan
rukyat al-hilal harus dilakukan. Melihat hal itu sebetulanya, pemerintah tidak
perlu mengadakan rukyat al-hilal, sebab model penentuannya sudah jelas, yakni
hisab menjadi landasan utamanya. Sehingga dengan adanya model penentuan awal
bulan qamariyah ala pemerintah sudah bisa diketahui jauh-jauh hari.
Terlepas
dari perbedaan penentuan awal bulan qamariyah ini, setidaknya peningkatan
toleransi atau perbedaan pendapat menjadi hal yang penting. Sebab ini merupakan
hasil tafsir dari teks-teks yang ada. Perbedaan pendapat seperti ini sudah
wajar di kalangan fuqaha pada masa dahulu. Sebetulnya, yang paling esensial
bukanlah perbedaan awal bulan qamariyah, namun pelaksanaan ibadahnya yang harus
dihayati dan diresapi dan dijalankan dengan penuh keikhlasan sebagai umat yang
beragama.
* Selamat
menunaikan ibadah Puasa.