Dalam hal tertentu, manusia akan merasa
semangat melakukan suatu hal yang baru. Terlebih apabila sesuatu yang baru itu
merupakan hal yang pertama kali atau sesuatu yang awal yang ia akan lakukan.
Salah satu contohnya, seperti halnya dalam bulan ramadlan kita melakukan puasa,
tarawih dan tadarusan. Seorang muslim pada awal bulan ramadlan ia tentu akan
merasa semangat untuk menjalankan rutinitas bulan puasa tersebut. Bahkan ia
menjalankannya pada waktu yang tepat dan penuh antusias.
Namun setelah berjalan beberapa hari, semakin
hari semakin terasa berat untuk dijalankan. Perasaan ini akan selalu muncul sebagai
dalam benak muslim yg selalu menggoda orang muslim. Sekali ia lengah dan
terlena oleh godaan tersebut yang mengganggu kontinuitas dalam rutinitas ini maka
ia akan semakin terninakbobokan olehnya. Untuk menghadapi godaan ini, sifat semangat
untuk menjalankan ibadah-ibadah dan sifat kontinuitas ini harus terus
ditingkatkan setiap muslim.
Semakin akhir bulan ramadlan godaan itu akan
semakin kuat, sehingga mungkin ini alasan kenapa lailatur qadar itu di letakkan di akhir-akhir bulan Ramadlan. Bagi
yang terlena tentunya ia bisa jadi akan melewatkan lailatul qadar ini. Lailatur
qadar yang menurut beberapa ulama diletakkan di hari gajil pada 10 hari terakhir
bulan Ramadlan. Ketika kita tidak meningkatkan sifat kontinuitas dalam ibadah
maka semakin kecil kesempatannya untuk mendapatkan lailatul qadar.
Maka dari itu, marilah semua umat muslim
untuk selalu meningkatkan semangat beribadah kita. Karena kita sekarang sudah
menginjak hari ke-22 bulan Ramadlan. Dan semoga kita dapat mendapatkan lailatul qadar, lailatul qadri khairun min alfi syahr. Amin.