Malam itu, di rumahku begitu rame, saudara-saudara ibu
bapakku pada sibuk menyiapkan acara lamaran untuk Kakakku, satu-satunya saudaraku.
Pada saat itu aku mengajak bermain ponakan-ponakan. Saat-saat seperti inilah
rasa kekeluargaan kami terasa sangat erat sekali, bisa kumpul bersama, guyonan
bersama. Tiba-tiba Hpku berbunyi, ada
SMS masuk. Aku sendiri tidak tahu ini nomor siapa, karena ini Nomor baru. Langsung
saja aku buka SMS itu.
“Ni bnar M. Zainal Mawahib dr Pndk Ath Thullab?”,
begitulah isi SMS tersebut
Langsung saja aku balas, karena pada waktu itu aku
masih lugu-lugunya membawa Hp. Jadi ketika ada SMS atau telphon, rasanya senang
sekali.
“Ya bnr, Maaf ni sapa? da pa ya?”, jawabku.
“Sampean lo2s seleksi, oh ya knalkan q Mushthofa”,
balasnya.
Aku mulai berpikir sejenak,
“Ini yang dimaksud lolos apa?”, dalam pikirku,
kemudian aku baru ingat kalau minggu-minggu ini adalah pengumuman hasil tes
seleksi beasiswa yang beberapa minggu lalu dilaksanakan tesnya.
Diriku masih belum percaya, rasa penasaranku masih
membuatku bingung. Ku buka lagi Hpku dan aku balas lagi SMS dari Mushthofa.
“Sampean kok bs tahu?”
“Td siang q buka pengumuman di intrnet, d situ da
nmmu, trus q k pndkmu, tp u gk d pndk katanya pulang k rmh, trs q mnta nmrmu”,
jelasnya.
“Oh gitu, mksh ya infonya, eh nntr klo q dah di Kudus q
ksh tw cra buka pngumannya, soalnya q gk bs buka he he , , ,”.
Keesokan harinya, setelah lamaran Kakakku, aku
langsung diantarkan Lek Sadi ke Kudus.
Dalam hatiku masih diselimuti rasa tidak percaya karena memang aku belum tahu
informasi itu sendiri dan juga dari pihak sekolah belum memberikan kabar ini.
Sesampainya di pondok, aku langsung menuju ke warnet untuk
mengecek pengumuman tersebut. Karena aku tidak tahu menahu tentang dunia internet,
aku mengajak temanku yang lebih tahu. Sesampainya di warnet, segera aku mengirim
sms ke Mushthofa menanyakan alamat pengumuman. Pada saat itu pondok sudah membolehkan
untuk kelas tiga membawa Hp. Namun dengan catatan tidak boleh digunakan
sembarang, kecuali dalam keadaan penting dan digunakan di tempat yang adik-adik
kelas tidak melihatnya.
“Alhamdulillah”, itulah kata-kata yang aku ucapkan
setelah melihat hasil pengumuman hasil tes beasiswa di internet. Tidak lupa aku
mengecek semua, mungkin saja yang dari TBS ada yang diterima selain aku. Dan ternyata,
aku satu-satu yang diterima dari sekolahanku. Setelah melihat pengumumannya
sendiri aku menjadi yakin dan mantap kalau aku lulus. Aku langsung menelfon ke
orang tuaku dan memberitahukan kalau aku lolos seleksi tes beasiswa.
Pada saat itu aku teringat dengan kata-kata Kyai
Hafidz, “Jika ini yang terbaik pada kalian semoga diterima dalam tes nanti,
tapi jika ini tidak yang terbaik tidak usah disesali, karena Allah lebih mengetahui
yang terbaik untuk kalian”. Kini aku menjadi yakin bahwa pendidikan akan aku
jalani adalah yang terbaik untuk di kemudian hari. Semoga harapanku ini menjadi
kenyataan.
***
“Hayo,,, pagi-pagi dah ngelamun, ngelamunin dia ya, ngaku saja Hib?”, seketika aku kaget dengan suara
yang tiba-tiba datang. Lamunanku langsung hilang begitu saja. Suara yang datang
itu sudah tidak asing di telingaku, suara yang telah mengganggu lamunanku, tidak
salah lagi itu suaranya Umar, salah satu temenku dari Pasuruan yang juga mendapatkan
beasiswa sama seperti aku di IAIN Walisongo Semarang.
“Ngawur, gak ya”, jawabku dengan singkat.
“Halah, ngeles terus pean iku Hib, itu
kelihatan kalau lagi ngelamuni dia, ha ha”, gurau Umar pada ku sambil ia tertawa.
“lagi merenung Mar”, tepisku kepada Umar, dengan sedikit senyum.
“Yuk Mar berangkat, teman-teman sudah pada yang berangkat ke Graha lho”, ajakku pada Umar.
“Yuk”, jawab Umar.
Aku dan Umar jalan kaki bersama menuju Graha Padma. Karena
pada hari itu, aku sama teman-teman penerima beasiswa PBSB angkatan 2009 IAIN
Walisongo mengadakan acara kumpul bareng di Perumahan Graha Padma dekat asrama kami. Kita kumpul untuk makan-makan bersama dan membahas konsep
penampilan kami dalam acara Makrab CSS MoRA IAIN Walisongo menyambut angkatan
baru, angkatan 2012.
“EXACTLY” itulah nama yang kami berikan untuk sebutan
angkatan kami. Sejak kami seangkatan dipertemukan di Islamic Center, ketika itu
pelaksanaan Orientasi Mahasiswa Baru (OMB), kami mulai kenal dan akrab.
Keakraban yang kami jalani hingga sekarang ini, seperti layaknya keluarga
sendiri. Kami menganggap inilah keluarga kami di Semarang. Kami selalu
mengadakan acara-acara angkatan untuk merekatkan kekeluargaan kami. Kadang out
bond, jalan-jalan, makan-makan dan sebagainya yang penting kami senang
bersama. Karena sedih dan senang kami rasakan bersama.
Namun keluarga
Exactly terasa berkurang, semenjak meninggalnya Riska Sartika pada 2 tahun yang
lalu, ketika kami menginjak semester 3. Dia adalah salah satu keluarga kami
yang mahir dalam matematika. Kami selalu mengenang saat-saat kita bersama,
sebuah kenangan yang kita ciptakan bersama untuk sebuah kenangan yang tak
pernah kami lupakan. Semoga Sahabat kami, Riska Sartika engkau tenang di alam
sana, do’a kami akan menyertai untukmu.
Harapan kami, semoga persahabatan dan kekeluargaan
kita “EXACTLY” akan selalu terjalin hingga batas waktu. Amin.