Bagi anda yang sedang melakukan perjalanan ke kota
Purbalingga, sempatkanlah waktu anda sebentar untuk mengunjungi Masjid Jami’
PITI Muhammad Cheng Hoo. Pastinya tidak akan menyesal setelah melihat fenomena
bangunan Masjid yang memperlihatkan bentuk bangunan yang unik nan indah.
Masjid dengan gaya bangunan yang khas seni arsitektur
tradisional yang merupakan hasil akulturasi antara kebudayaan Jawa dan Tiongkok
memberikan corak yang sangat berbeda, tidak seperti bangunan masjid-masjid pada
umumnya yang ada kubah bulat di bagian atapnya.
Bahkan bentuk kubahnya seperti layaknya bentuk bangunan
bagian atas Pagoda, sebut saja seperti bangunan Pagoda Avalokitesvara yang ada
di Semarang. Dengan nuansa warna merah ala klentengnya umat Tionghoa, sehingga
masjid ini mampu membuat rasa kagum dan haru bagi yang pertama kali melihatnya.
Masjid yang memiliki bentuk khas ini berada di sebelah kiri
jalan kalau dari arah Purbalingga ke arah Pemalang, tepatnya di desa
Selaganggeng, Kecamatan Mrebet kabupaten Purbalingga Jawa Tengah.
Awalnya, masjid ini mulai dibangun pada tahun 2005, tidak diketahui
penyebab terhentinya pembangunan masjid tersebut. Pada tahun 2010 dilanjutkan
kembali pembangunan tahap kedua masjid ini yang sempat berhenti beberapa tahun.
Akhirnya diresmikan pada tanggal 5 Juli 2011. Adanya masjid ini menjadi suatu
bukti bahwa terdapatnya keberagaman agama, suku maupun ras dalam kehidupan
bermasyarakat di Purbalingga (www.infopurbalingga.com).
Pembangunan masjid tersebut diprakarsai oleh komunitas yang
berupaya untuk mempersatukan umat muslim Tionghoa yang mengatasnamakan
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di Purbalingga.
“Saya sengaja memaksakan diri agar masjid dibangun dulu,
untuk mempermudahkan kami-kami berkumpul, karena kawan-kawan itu orangnya sibuk
sekali sama bisnisnya, akalu tidak ada sarana berkumpul, hanya di rumah salah
satu anggota PITI, jarang maunya, kapan belajarnya?”, ujar Herry Susetyo, Ketua
PITI Purbalingga (www.promosinews.com).
Selain sebagai tempat ibadah kaum muslim umum dan tempat
berkumpul para muslim Tionghoa, masjid ini juga digunakan untuk belajar para
muslim Tionghoa dalam mendalami agama islam, karena memang banyak para mualaf
di daerah Purbalingga.“Jumlah muslim Tionghoa di Purbalingga ada sekitar 130-an
orang yang tersebar di 18 kecamatan, sayangnya yang aktif berkumpul dan
mengikuti bimbingan atau pengajian hanya sekitar 40 orang”, lanjut pria yang
dikenal dengan nama panggilan Wa Kong (www.promosinews.com).
Untuk sebuah penghormatan, nama masjid ala klenteng ini pun
diberi nama seorang tokoh leluhur muslim yang taat asal tiongkok yang melegenda
sebagai pelaut hebat dari 1405 – 1433 dan penjajah dunia yang memiliki
satu-satunya kapal kayu terbesar sepanjang sejarah masa yaitu laksamana Cheng
Hoo sebagai nama besar masjid megah nan unik ini yang tertulis jelas di samping
gapura masuk masjid ini. (Harian Pekalongan, 2/4/2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar