Bulan ini adalah
bulan November 2018 bertepatan pula dengan bulan Rabiul Awal 1440 M (Mulud)
jika dihitung dengan kalender Qomariyah. Di bulan ini pula dalam Islam sellau
diperingati sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, yaitu tiap tanggal 12
Rabiul Awal. Biasanya hal yang sering dilakukan oleh umat Islam di berbagai
daerah adalah membaca al Barzanji, Addibai, Burdah setiap malam, mulai dari
tanggal 1-12 Rabiul Awal. Namun ada juga yang melakukannya hingga akhir bulan.
Kali ini kami akan
berbagi tentang keutamaan keutamaan memperingati Maulid Nabi Agung Muhammad SAW
Menurut fatwa
seorang Ulama besar : Asy-Syekh Al Hafidz As-Suyuthi menerangkan bahwa mengadakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw, dengan
cara mengumpulkan banyak orang, dan dibacakan
ayat-ayat al-Quran dan diterangkan (diuraikan) sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi sejak kelahiran hingga wafatnya, dan
diadakan pula sedekah berupa makanan dan hidangan
lainnya dengan cara yang tidak berlebihan adalah merupakan perbuatan
Bid’ah hasanah, dan akan mendapatkan pahala bagi orang yang mengadakannya dan yang menghadirinya, sebab merupakan wujud kegembiraan,
dan kecintaan / mahabbah kapada Rosullullah saw.
Seperti yang
disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw :
مَنْ أَحَبَّنِى
كَانَ مَعِيْ فِي الْجَنـَّةِ
“Barang siapa yang senang, gembira, dan
cinta kepada saya maka akan berkumpul bersama dengan
saya masuk surga”.
Dalam kitab “Anwarul
Muhammadiyah“ karangan : Syekh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani, diterangkan
bahwa pada saat hari kelahiran Nabi Muhammad Saw, seorang wanita budak belian dari Abu Lahab (tokoh kafir jahiliyyah) yang bernama
Tsuwaibah menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran
Nabi Muhammad Saw kepada Abu Lahab. Karena senangnya Abu Lahab
mendapat berita itu, spontan budak wanitanya yang bernama Tsuwaibah itu dibebaskan dan dihadiahkan kepada Siti Aminah : Ibunda
Muhammad Saw untuk menyusui bayinya tersebut.
Ketika Abu Lahab
telah meninggal dunia seorang sahabat Nabi ada yang bertemu dalam mimpinya dan menanyakan tentang nasibnya di akhirat.
Abu Lahab menjawab :
Saya disiksa selama-lamanya karena kekafiran saya tetapi pada tiap-tiap hari senin saya diberi keringanan dari siksaan bahkan
aku bisa mencium dua jari tanganku dan bisa keluar
airnya untuk saya minum.
Dan ketika ditanya :
mengapa bisa demikian? Abu Lahab menjawab : Ini adalah merupakan hadiah dari Allah karena kegembiraanku pada saat kelahiran
Nabi Muhammad Saw.
Dalam sebuah hadits
dikatakan :
مَنْ عَظَّمَ
مَوْلِدِىْ كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَـوْمَ الْقِيَا مَةِ. وَمَنْ أَنْفَقَ
دِرْهَمًا فِى مَوْلِدِى فَكَأَ نَّمَا اَنْفَقَ جَبَلاً مِنْ ذَ هَبٍ فِى
سَبِيْلِ اللهِ
“Barang siapa yang memulyakan /
memperingati hari kelahiranku maka aku akan memberinya syafa’at
pada hari kiamat. Dan barang siapa memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiranku, maka akan diberi pahala seperti
memberikan infaq emas sebesar gunung fi sabilillah.
Sahabat Abu Bakar
Ash-Shidiq berkata :
مَنْ أَنْفَقَ دِرْ
هَماً فِى مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ رَفِيْقِيْ
فِى الْجَنَّةِ
“Barang siapa yang memberikan infaq satu
dirham untuk memperingati kelahiran Nabi Saw : akan
menjadi temanku masuk surga”.
Sahabat Umar Bin
Khoththob berkata :
مَنْ عَظَّمَ مَوْ
لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ أَحْيَا اْلإِسْلاَمَ
“Barang siapa yang memuliakan /
memperingati kelahiran Nabi Saw, berarti telah menghidupkan
Islam”.
Sahabat Ali Bin Abi
Tholib berkata :
مَنْ عَظَّمَ مَوْ لِدِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْياَ اِلاَّ
بِاْلإِ يْمَانِ
“Barang siapa yang memuliakan /
memperingati kelahiran Nabi Saw, apabila pergi meninggalkan
dunia pergi dengan membawa iman”.
Melihat besarnya
pahala tersebut maka banyaklah kaum muslimn muslimat yang selalu melahirkan rasa cintanya kepada Nabi dan mengagungkan hari
kelahiran Nabi dengan cara-cara yang terpuji seperti
pada tiap-tiap malam Senin atau malam Jum’at mengadakan jama’ah membaca kitab Al- Barzanji, sholawat maulud, dan ada pula
yang menyediakan tabungan yang berwujud uang hasil
tanaman atau sebagian gajinya untuk kepentingan memperingati kelahiran
Nabi Saw.
Perintis
Peringatan Maulid Nabi
Peringatan Maulud
Nabi sudah diadakan oleh kalangan umat Islam sejak pada kurun ketiga atau tiga ratus tahun setelah hijrah Nabi, yang pada saat
itu kondisi umat Islam mulai rusak dalam berbagai hal.
Tokoh pemerintahan
yang pertama kali menyelenggarakan peringatan Maulud Nabi adalah Penguasa Irbil Raja Mudzaffar Abu said Al Kukburi bin
Zainuddin Ali bin Buktikin. Beliau adalah Raja yang
cerdas ahli strategi di bidang pemerintahan, pemurah, alim dan adil. Saat itu pemerintahannya terasa kurang stabil, rakyatnya mulai banyak
meninggalkan syariat agamanya, akhlaqnya mulai rusak,
mulai terjadi banyak kerusuhan-kerusuhan dan kemaksiatan-
kemaksiatan.
Raja Mudzaffar
berinisiatif menyelenggarakan peringatan Maulid nabi setiap bulan Robi’ul Awal secara besar-besaran, dengan mengumpulakan semua
masyarakat dari tokoh-tokohnya sampai rakyat kecil.
Pada peringatan Maulid itu disampaikan penjelasan tentang sejarah dan perjuangan, serta keteladanan Nabi Muhammad SAW sejak lahir
sampai wafatnya. Seorang ulama’ besar Syekh Al Hafidz
Ibnu Dahyah yang mengarang kitab tentang sejarah Nabi yang diberi
nama At-Tanwir fi Maulidil Basyir An-Nadzir, diberi hadiah oleh Raja 1000
dinar.
Setelah diadakan
peringatan Maulid Nabi SAW tersebut, pemerintahan kembali stabil, semangat pengamalan agamanya makin baik, negaranya aman,
tentram dan bertambah makmur. Sesuai dengan Firman
Allah SWT :
وَلَوْ اَنَّ أَهْلَ
الْقُرَى آمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ
وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوْا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَاكَانُوْا يَكْسِبُوْنَ. (الأعراف :٩٥)
Jikalau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami (Allah) akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka
kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS : Al A’raf :96).
Anjuran memperingati
Maulid Nabi
Anjuran supaya
memperingati Maulid Nabi sudah diisyaratkan oleh Allah SWT, dan oleh nabi sendiri. Firman Allah surat Al A’rof : 157 :
فَالَّذِيْنَ
آمَنُوْا بِهِ وَعَزَّرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوا النُّوْرَ الَّذِيْ
أُنْزِلَ مَعَهُ وَاُولئِكَ هُمُ اْلمُفْلِحُوْنَ. (الأعراف :١٥٧)
Maka orang-orang
yang beriman kepadanya (Muhammad) memulyakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al
Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.
(QS. Al A’rof :157)
Termasuk orang-orang
yang memulyakan (dalam ayat ini) adalah orang-orang yang memperingati
Maulid Nabi SAW, yang membaca Barzanji, Marhaban, Burdah, syair-syair dan qosidah-qosidah dan pengajian-pengajian, kalau dimaksudkan
untuk memulyakan Nabi, maka akan mendapat pahala yang
banyak dan akan beruntung.
Nabi Muhammad saw
juga sudah memberikan isyarat tentang perlunya memperingati kelahiran
Nabi sebagaimana hadis riwayat Muslim yang bersumber dari Abu Qotadah Al Anshory r.a :
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ
صلعم سُئِلَ عَنْ صَوْمِ اْلإِثْنَيْنِ فَقَالَ فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ
عَلَيَّ.
(رواه مسلم)
“Sesungguhnya Rosulullah saw ditanya
seorang sahabat tentang puasa hari Senin, maka beliau menjawab,
sebab di hari Senin itu hari kelahiranku, dan wahyu diturunkan kepadaku”. ( HR.
Muslim). Dari hadis ini Nabi sendiri juga memulyakan
hari kelahirannya, dengan berpuasa (amal yang baik).
Penulis:
Tahmid adalah Ketua Koordinator Satuan
Komunitas Ma’arif NU Kec. Jatinegara Kab. Tegal
Sumber artikel: www.nujateng.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar