Semarang, Pada Pelantikan
Pengurus Lembaga, Senin (12/11) lusa, Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul
Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH. Ubaidulloh Shodaqoh berpesan kepada seluruh
pengurus lembaga untuk saling bersinergi antar lembaga satu dengan lembaga yang
lain.
Kiai Ubaed, demikian ia biasa dipanggil,
mencontoh untuk menanggulangi paham-paham yang tidak sesuai dengan ahlussunnah
wal jamaah, kita tidak cukup hanya dengan ngaji dan ceramah. Namun semua
lembaga harus saling bersinergi dan saling melengkapi.
“Inilah jawaban yang paling lengkap dan paling
ampuh ketika ditanya bagaimana menanggulangi paham-paham yang bertentangan
dengan ahlussunnah wal jamaah,” kata Kiai Ubaed.
Pengasuh Pondok Pesantren al-Itqon Semarang ini
mengingatkan kepada para pengurus bahwa tugas Nahdlatul Ulama (NU) ke depan
semakin berat, selain tantangan yang semakin beranekaragam, kita masih dituntut
untuk berpegang pada prinsip-prinsip yang telah digariskan oleh para pendahulu
NU dalam menjalankan NU sebagai jamiyyah atau organisasi.
Lebih-lebih, lanjut Kiai Ubed, untuk
merealisasikan semangat kita untuk meneguhkan kemandirian NU Jawa Tengah dalam
menyongsong se-abad NU.
“Maka dari itu kita harus pandai-pandai
menerjemahkan apa yang telah dipesankan oleh para NU zaman dahulu, sehingga sesuai
dengan zaman sekarang,” pesan Kiai Ubaed kepada 18 pengurus lembaga PWNU Jawa
Tengah.
Disiplin dan Tertib Aturan
Dalam upaya merealisasikan harapan tersebut,
Kiai Ubed mengajak semua pengurus lembaga untuk komitmen dalam 2 (dua) hal.
“Pertama, muwaffaqatul auqat, kita harus
betul-betul disimplin, pengurus PWNU mencoba untuk mendisiplinkan diri sebagai
tolak ukur mulai dari sesuatu yang tampak, bagaimana kita mulai rapat dan
bagaimana kita mulai musyawarah dengan tepat waktu, sehingga waktu tidak sia-sia
dan terulur-ulur” tuturnya.
Kedua muwaffaqatul muqarrarat, kita harus
berpegang pada kesepakatan-kesepakatan yang telah kita buat bersama dan apa
yang telah ditentukan oleh PBNU. Kesepakatan ini bisa berupa hasil muktamar,
musyawarah nasional (munas), konferensi, maupaun musyawarah wilayah.
“Kita harus merujuk itu semua, sebagai jamiyyah
kita harus tertib, sebagaimana mazhab yang kita anut, yaitu Mazhab Syafi’i yang
mana banyak sekali ajaran-ajaran tentang ketertiban di dalam ubudiyah dan
muamalah. Begitu juga kita dalam ber-jamiyyah, kita juga harus bisa tertib”,
jelasnya
Lebih jauh lagi, Kiai Ubaed juga mengajak para
pengurus untuk selalu melakukan perbaikan-perbaikan. Selain juga, berani untuk
mengkritik diri sendiri tentang kelemahan yang terdahulu dan memperbaiki untuk
masa yang sekarang dan ke depan.
“Kalau perlu, kita mengadakan rapat evaluasi
dalam rentang waktu 1 semester atau 2 semester, untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan apa yang kita miliki sekarang ini agar segera kita
selesaikan”, harapan Kiai Ubed di hadapan sekitar 400 pengurus lembaga.
Selain itu, Kiai Ubed juga mohon kepada seluruh
pengurus lembaga untuk saling berkoordinasi, baik koordinasi intern lembaga
maupun koordinasi antar lembaga. Misal sudah ada lembaga yang sudah solid dan
kompak, namun koordinasi dengan lembaga lain berjalan dengan baik, maka ini
tidak bisa disebut ta’awun, kerjasama yang antar lembaga di lingkungan PWNU
Jawa Tengah.
“Kami tidak menginginkan ada lembaga di PWNU
ini yang aktif, namun ada yang kurang aktif atau tidak aktif, maka semuanya
harus disinergikan dan harus dikoordinasikan, supaya semua lembaga bisa aktif
semua”, jelasnya.
Kiai Ubed mengajak para pengurus lembaga untuk
bersama-sama mencari berkah di NU dengan melaksanakan program-program yang
telah ditentukan oleh pengurus NU.
“Di
Jamiyyah Nahdlatul ulama, bukan kita menyumbangkan tenaga kita, bukan kita
membantu Jamiyyah Nahdlaul Ulama, namun kitalah yang butuh pada Jamiyyah
Nahdlatul Ulama untuk mencari berkah di Jamiyyah Nahdltul Ulama yang dipimpin
oleh para ulama Ahlussunnah wal Jamaah,” pungkasnya. (Wahib).
Sumber berita: http://nujateng.com/2018/11/pesan-rais-syuriah-kepada-pengurus-lembaga-baru-di-pwnu-jawa-tengah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar