Tak sedikit khalayak yang memandang mahasiswa aktivis dengan sebelah mata. Mulai cara mereka berpenampilan, hingga sampai kebiasaannya sehari-hari. Penampilan seadanya menjadi ciri khas aktivis. Mondar-mandir mengurusi kegiatan suatu organisasi yang ia geluti menjadi makanan tiap hari. Tak khayal apabila kuliahnya dinomorduakan, sehingga kuliahnya sering bolong, bahkan tugas kuliah pun tak dihiraukan.
Fenomena itulah yang menjadi alasan khalayak menilai negatif para aktivis. Seorang mahasiswa yang seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat umum. Putra bangsa yang diharapkan dapat merubah tatanan masyarakat menjadi lebih baik (agent social of change), dengan diimbangi menjaga nilai-nilai kebaikan yang sudah tertanam dalam masyarakat (guardian of value). Tapi justru sebaliknya, keterlibatan mereka di dunia aktivis menjadikannya lalai akan tugasnya sebagai mahasiswa.
Beranjak dari inilah, para aktivis perlu gerakan untuk mereformulasi atas dunia aktivis agar sesuai dengan terget, yaitu tetap eksis di dunia pergerakan dengan disertai perolehan prestasi akademik yang baik. Reformulasi ini pun menjadi sangat penting, sebab dengan adanya para aktivis, maka akan selalu ada gerakan-gerakan pembaharuan yang berani mendobrak ketidakadilan pemerintah. Gerakan tidak harus dengan kekerasan, tetapi dapat melalui pengetahuan intelektual yang dimililiki. Seperti Pers Mahasiswa (Persma) yang merupakan dimensi gerakan mahasiswa dalam pergulatan opini publik. Tentu ini terasa sangat relevan, mengingat peran persma yang bergerak melalui jalur penguatan wacana dan pembentukan opini publik.
Dengan diimbangi kecakapan akan realita sosial yang dimiliki aktivis. Maka akan bisa menjadi batu loncatan untuk meraih kemampuan yang lebih dibandingkan dengan kaum akademikus. Sebab formulasi dalam menghadapi realita yang penuh problematika sosial lebih membutuhkan kecakapan pribadi untuk menhadapinya, tentu dengan disertai kemampuan akademik yang mumpuni.
Keaktifan mahasiswa mempunyai prospek tersendiri di masa depan. Dunia aktivis dapat melapangkan jalan kehidupan yang lebih baik, serta menata sedikit demi sedikit strategi dalam menghimpun relasi yang lebih mapan. Tentu ini akan meluaskan langkah kaki dalam menjalin pelbagai relasi sosial yang dapat memuluskan ruang gerak menghadapi problematika sosial. Kecakapan dalam menghadapi fakta sosial ini tidak dimiliki akademikus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar