Sebuah Catatan Kecil yang Menaburkan Kecerahan dalam Wacana Kehidupan

Kuadran Terbesar Masuk MURI

Semarang, 24 Maret 2011 merupakan tanggal yang bersejarah khususnya bagi mahasiswa Prodi Konsentrasi Ilmu Falak, Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang. Pasalnya pada tanggal tersebut, merupakan hari Penganugrahan Museum Rekor Dunia Indonesia ( MURI) karena mahasiswa Prodi Konsentrasi Ilmu Falak telah berhasil menciptakan Kuadran Terbesar, dengan ukuran 4 x 4 meter dengan berat 400 kg. Penganugrahan rekor MURI ini merupakan salah satu dari serangkai acara "Falak Expo" yang meliputi: Seminar Nasional, Pameran Peralatan Astronomi, Bayar Buku, dan Pelatihan Hisab Rukyat Praktis, termasuk juga Penganugrahan Rekor MURI. Serankaian acara Falak Expo ini diadakan dalam rangka memperingati Dies Natalis IAIN Walisongo ke-41.
Penghargaan MURI itu diberikan oleh Manajer MURI, Sri Widayati kepada Pjs Rektor IAIN Walisongo, Prof. Muhibbin, M. Ag. Moment tersebut berlangsung pada siang hari, sekitar jam 13.30 WIB di Auditorium II kampus III IAIN Walisongo Semarang, setelah acara Seminar Nasional yang mengambil tema "Prospek Sarjana Falak: Peluang dan Tantangan".

Mahasiswa Konsentrasi Ilmu Falak sedang berfoto dekat Rubu' Mujaiyyab terbesar
Kuadran Terbesar itu tercatat di MURI dengan nomor rekor 4798. Dan Mahasiswa Konsentrasi Ilmu Falak Fakultas Syariah IAIN Walisongo sebagai Rekoris. Kuadran ini terbuat dari bahan kayu, papa, tripleks, flat dan besi. Dalam pembutannya memakan waktu selama 2 pekan yang dikerjakan oleh tiga orang pekerja.
Manajer MURI, Sri Widayati mengatakan, kuadran terbesar ini merupakan karya dan karsa yang spektakuler yang belum pernah dicatat dan dibuat oleh seseorang sebelumnya, sehingga layak untuk diberi penghargaan. Hal ini senada dengan komentar Prof. Muhibbin, M. Ag. selaku Pjs Rektor IAIN Walisongo, saat ditemui setelah acara penganugrahan piagam MURI. Dia mengatakan, penciptaan Kuadran Terbesar ini merupakan karya besar yang patut untuk diapresiasikan.
Penciptaan kuadran yang diketuai oleh Raudlatul Firdaus ini sebagai wujud pengapresiasian terhadap alat ukur lawas dan tradisional dalam bidang navigasi dan astronomi. Alat ukur ini digunakan untuk menghitung fungsi goniometris yang sangat berguna untuk memproyeksikan peredaran benda langit pada lingkaran vertikal. Selain itu, alat ini juga dapat digunakan untuk mengukur arah kiblat, menentukan waktu shalat dan mengetahui posisi bintang-bintang. Serta dapat pula digunakan untuk mengukur ketinggian dan kedalaman suatu objek, termasuk ketinggian benda-benda langit seperti matahari, bulan dan planet-planet.
Kuadran (Quadrant) atau sering pula disebut dengan istilah Rubu' (artinya seperempat), merupakan alat ukur tradisional yang berbentuk seperempat lingkaran bersudut 90 derajat. Alat ukur ini pertama kali ditemukan oleh seorang ahli ilmu falak asal Syiria yang bernama Ibnu As-Syathir (1306-1375 M) pada abad 14.
Pada umumnya, kuadran tersebut terbuat dari kayu atau semacamnya yang salah satu mukanya dibuat garis-garis skala sedemikian rupa. Biasanya ukuran kuadran hanya berukuran 40 x 40 cm. Tetapi, sebenarnya kuadran yang baik adalah kuadran yang ukurannya besar karena tingkat ketelitian dalam skala-skala yang dihitung akan menghasilkan data-data yang lebih akurat.
Adapun bagian-bagian Kuadran yang dibutuhkan dalam prkatek meliputi: pertama, Markaz, yaitu titik sudut siku-siku pada kuadran, yang padanya terdapat lubang kecil yang dapat dimasuki benang. Kedua, Qaus al-Irtifa', yaitu busur yang mengelilingi kuadran, bagian ini diberi skala derajat 0 sampai 90 derajat bermula dari kanan ke kiri, dan nilai dari 1° = 60 menit.
Ketiga, Jaib Al-Tamam, yaitu sisi kanan yang menghubungkan Markaz ke Awwal Al-Qaus, bagian ini diberi skala 0 sampai 60. Dan dari tiap-tiap titik satuan skala itu ditarik garis yang lurus menuju ke Qaus. Garis-garis tersebut disebut Juyub Al-Mankusah. Keempat, Sittiny, yaitu sisi kiri yang menghubungkan Markaz ke Akhir Al-Qaus. Bagian ini diberi skala 0 sampai 60, dari tiap-tiap titik satuan itu ditarik garis lurus menuju Qaus. Garis-garis ini disebut Juyub Al-Mabsuthah. Dan perlu diperhatikan bahwa perhitungan Jaib dimulai dari Markaz dan setiap 1 Jaib sama dengan 60 menit.
Kelima, Hadafah, yaitu tonjolan yang keluar dari bentuk kuadran. Keenam, Khait, yaitu benang kecil yang dimasukkan ke Markaz. Ketujuh, Muri, yaitu benang pendek yang diikatkan pada Khait, yang dapat digeser naik turun. Kedelapan, Syakul, yaitu bantul yang berada diujung Khait.
*Tulisan ini dimuat di Majalah Zenith
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

HALAMAN CATATAN WACANA

Archives

Makalah

Info

Opini