Sebuah Catatan Kecil yang Menaburkan Kecerahan dalam Wacana Kehidupan

Generasi Bangsa Indonesia Tidak Cukup Hanya Pintar, Tapi Juga Cerdas dan Berakhlak

Dunia pendidikan di era digitalisasi semakin maju. Kemajuan ini dibuktikan dengan adanya berbagai penemuan dan perkembangan dari berbagai bidang. Lahirnya kemajuan ini tidak lepas peran dari lembaga pendidikan sebagai wadah untuk mencetak generasi penerus bangsa.

Di lembaga pendidikan inilah generasi bangsa dicetak dan dididik agar dapat berkualitas. Dengan generasi yang cerdas dan pintar maka peradaban manusia semakin baik dan maju. Jauh dari segala kejatahan dan kemungkaran. Sehingga kehidupan manusia semakin damai dan sejahtera.
Idealnya, semakin maju pendidikan maka semakin berkurang kejahatan. Namun kenyataannya tidak demikiann kejahatan di era sekarang ini justri semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan adany korupsi, penipuan, pelecehan seksual, pembunuhan dan sebagainya, yang itu dilakukan oleh orang yang pernah mengenyam pendidikan.
Semua sepakat bahwa tidak ada lembaga pendidikan yang mengajarkan kepada anak didiknya untuk melakukan yang tidak baik. Semua lembaga pendidikan memiliki misi untuk mencerdaskan anak bangsa. Kalau ada pendidikan yang memiliki tujuan untuk membentuk generasi yang tidak baik, berarti lembaga pendidikan tersebut ilegal.
Secara umum lembaga pendidikan sudah berhasil mencetak generasi yang pintar. Namun lembaga pendidikan ini belum bisa mencetak generasi yang pintar, cerdas dan berakhlak. Generasi bangsa tidak cukup dengan pintar semata, tetapi harus cerdas dan berahlak.
Generasi yang pintar itu berarti ia dapat mengetahui tentang pengetahuan. Pengetahuan ini mulai hal yang khusus hingga yang umum. Ia mampu mengingat dan mengembangkannya.
Namun pintar tidak cukup apabila dia tidak cerdas. Cerdas berarti ia harus mempu memposisikan dirinya pada tempat yang tepat. Jangan sampai menjadi orang pintar yang dapat digerakan oleh orang lain dan dimanfaatkan oleh orang lain dalam hal yang tidak baik. Sebab apabila ia tidak cerdas, bisa saja ia dimanfaatkan oleh oknum yang memanfaatkan kecerdasannya untuk melakukan tindakan yang tidak dibenarkan dan diperkenankan.
Selain pintar dan cerdas, masih ada satu yang harus dimiliki oleh generasi bangsa ini, yaitu akhlak. Banyak orang yang pintar dan cerdas, namun tidak memiliki akhlak atau tata krama. Ia memanfaatkan kepintaran dan kecerdasannya untuk melakukan segala hal. Sebab hanya orang yang memiliki akhlak inilah yang mempu mencegah orang untuk melakukan hal-hal yang tidak baik.
Membentuk generasi bangsa yang berakhlak memang tidak mudah, namun bukan berarti sebagai pendidikan menyerah untuk memperjuangkkanya. Memberikan pendidikan akhlak bisa diawali dari sang pendidik itu sendiri. Ia mencontoh akhlak dan budi pekerta yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Dari sini maka terdidik akan meniru apa yang dilakukan pendidiknya.
Sebab bangsa ini tidak hanya membutuhkan orang pintar semata, tetapi membutuhkan orang yang memiliki kecerdasan. Sehingga ia tidak mau diadudomba. Selain itu juga membutuhkan orang yang berakhlak yang mengetahui tata cara bersosial yang baik. Manakalan semua orang memiliki akhlak yang baik, niscaya ketidakbaikan dalam hubungan sosial semakin berkurang.
Share:

Ketergantungan Mahasiswa pada "Profesor Google"

Dewasa ini, semua kalangan kenal dangan Google. Sebuah aplika pencarian yang berbasis online ini sangat dinikmati oleh pecinta dunia digital. Pasalnya aplikasi pencarian ini sangat membantu setiap orang yang ingin mencari informasi melalui dunia digital. Para pengguna dengan mudah memanfaatkan aplikasi ini. Hanya dengan mengetik kata kunci yang ingin diketahui, aplikasi ini dengan cepat memberikan berbagai informasi di seluruh dunia.

Tentu aplikasi sangat bermanfaat dan manfaat ini bisa dirasakan oleh semua kalangan, termasuk mahasiswa. Salah satu yang digemari mahasiswa adalah memanfaat aplikasi ini untuk mencari makalah. Tugas membuat makalah bagi mahasiswa sudah seperti makanan sehari-hari.
Bagi mahasiswa yang mengetahui tujuan pemberian tugas makalah, ia akan membuat makalah dengan membaca berbagai literatur, khususnya literatur cetak. Dari pembacaan yang dilakukan olehnya, kemudian ia menuliskannya dalam sebuah makalah. Sehingga pada waktu ia membuat makalah dia mengetahui apa yang mau ditulis dan yang akan ia tulis. Dengan demikian, ia pun mampu mempresentasikan makalahnya dengan baik.
Sedangkan bagi mahasiswa yang belum mengetahui tujuan pembuatan makalah ini, ia mengambil jalan singkat. Dalam benaknya terbayang dengan sesosok "Profesor" Google. Pada akhirnya mahasiswa ini hanya copy paste, baik sebagian atau seluruh makalah yang sudah banyak tersebar di blogspot dan website. Lebih "pede"nya dalam makalahnya ditulis blogspot atau website di daftar pustaka.
Memang membuat makalah dengan copy paste mudah dilakukan dan praktis. Namun mereka lupa untuk membaca ulang dan memahami isi makalahnya. Tak mengherankan apabila mahasiswa yang membuat makalah dengan cara praktis ini tidak mampu menyampaikan ini makalahnya dengan baik. Bahkan ini presentasi di ruang kelas dengan membaca.
Praktik yang dilakukan oleh mahasiswa yang demikian ini sangat banyak dijumpai di perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri. Ketergantungan pada "profesor" google ini sepertinya sudah mengakar dan melekat pada mahasiswa.
Kehadiran aplikasi pencarian banyak sekali manfaatnya, tapi banyak juga madlaratnya. Pergunakanlah aplikasi ini dengan baik. Mengambil makalah dari internet bukan berarti tidak membaca dan tidak dipahami sama sekali.
Tujuan dari membuat makalah agar mahasiswa paham dengan materi apa yang disampaikan. Lebih dari itu, tujuan makalah melatih mahasiswa untuk memahamkan san bertukar pikiran dengan orang lain. Apabila yang membuat makalah tidak paham dengan apa yang disampaikan, karena faktor ia tidak membaca dan memahami, maka bagaimana ia dapat memahamkan orang lain dan dapat berdiskusi dengan orang lain.
Share:

Popular Posts

HALAMAN CATATAN WACANA

Makalah

Info

Opini