Sebuah Catatan Kecil yang Menaburkan Kecerahan dalam Wacana Kehidupan

Mengevaluasi Produk Pendiddikan di Indonesia

Pendidikan merupakan sesuatu yang urgen bagi setiap manusia. Melalui pendidikan ini manusia dapat mengetahui sesuatu yang belum ia ketahui. Agar pendidikan ini sesuai dengan yang diharapkan, maka dibentuklah lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai wadah dan sekaligus lembaga yang dipercaya untuk dapat menciptakan manusia yang terdidik atau berpengetahuan.

Dalam upaya memberi pengetahuan bagi terdidik, maka dibuatlah kurikulum, strategi pembelajaran dan jenjang pendidikan. Semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka semakin luas pengetahuannya.
Orang yang berada pada posisi ini, yakni pada posisi yang memiliki pengetahuan luas diharapkan dapat menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi contoh bagi yang lain. Sehingga akan tercipta pendidikan yang menyebarluas.
Ironinya, pelaku korupsi di Indonesia didominasi oleh mereka yang mengenyam penddikan tinggi. Sebagaimana yang diungkap oleh Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Laode Muhammad Syarif. Menurut Syarif, fakta pada sekarang ini bahwa mereka yang memikiki pendidikan berkualitas dan bergelar master dan doktor yang mendominasi sebagai pelaku korupsi di Indonesia (Media Indonesia/10/11).
Seburuk itukah produk pendidikan di Indonesia? Yang seharusnya seseorang yang memiliki pendidikan tinggi dapat memberikan contoh yang baik kepada orang yang lain, jutru memberikan contoh yang tidak baik dengan melakukan korupsi. Dalam keadaan demikian, maka ada yang perlu dibenahi dalam pendidikan di Indonesia.
Pembenahan pendidikan dalam dimulai dari orientasi pendidikan itu sendiri. Dalam pendidikan tidak hanya berorientasi mencerdaskan dan memintarkan anak didik, tetapi juga harus menciptakan anak didik yang memiliki akhlak yang mulia.
Proses pendidikan untuk menciptakan anak didik yang memiliki akhlak mulai harus diberi sejak kecil. Dalam hal memberikan edukasi tentang akhlak harus melibatkan semua pihak, baik pihak guru, keluarga dan juga masyarakat sekitar. Akan tetapi, yang paling dominan adalah pihak guru dan orang tua. Sebab guru dan orang tua inilah yang selalu berkomunikasi dan berinteraksi.
Pendidikan akhlak ini dapat dikategorikan menjadi dua hal, yakni teori dan praktik. Dalam teori, pihak guru dan orang tua memberikan pemahaman kepada anak untuk melakukan perbuatan yang baik dan yang sopan. Bisa juga dengan membacakan cerita-cerita yang edukatif dan bisa juga memberikan buku-buku yang menggambarkan adab dan perilaku seseorang.
Selain teori, penting juga praktik. Pihak guru dan orang tua harus memberikan contoh perilaku yang baik. Sebab perilaku guru dan orang tua akan selalu ditiru oleh terdidik.
Pada waktu seoarang anak dalam proses perkembangan ini selalu mendapatkan pendidikan akhlak, maka pendidikan akhlak akan tertanam dengan kuat dalam diri mereka. Bahkan menjadi sebuah kebiasaan dalam keseharian.
Dengan adanya pendidikan akhlak inilah anak didik diharapkan menjadi generasi yang tidak hanya pintar dan cerdas, tetapi juga memiliki akhlak yang mulia. Pada waktu seseorang memiliki akhlak yang baik, maka dia tidak akan melakukan tindakan yang menurutnya tidak baik dilakukan. Sebab perilaku yang baik sudah tertanam dalam dirinya.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

HALAMAN CATATAN WACANA

Archives

Makalah

Info

Opini