I. Pengertian gerhana
Dalam literatur fiqh
gerhana disebut Kusuf (كسوف)
dan Khusuf (خسوف).
Kedua kata tersebut bermakna sama, yakni gerhana. Namun kalangan Fuqaha’
memakai lafadz Kusuf (كسوف)
untuk gerhana matahari (كسوف الشمس)
dan lafadz Khusuf untuk gerhana rembulan (خسوف القمر).
Dalam istilah
Fuqaha’ Kusuf adalah peristiwa hilangnya sinar matahari baik sebagian atau
keseluruhan pada siang hari karena terhalang posisi rembulan yang melintas di
antara matahari dan bumi. Sedangkan Khusuf adalah peristiwa hilangnya sinar
rembulan baik sebagian atau keseluruhan karena terhalang bayangan bumi yang
berada diantara matahari dan rembulan.
II. Hukum shalat gerhana
Para ulama fikih
sepakat bahwa hukum shalat gerhana matahari/rembulan adalah sunnah mu’akkadah.
§ Dalil Alquran surat Fushshilat ayat 37
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ
وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا
لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“ Dan sebagian dari
tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah
bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah
kepada Allah yang menciptakannya jika kamu hanya menyembah kepada-Nya “
§ Dalil Hadits
عَنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ:
كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ مَاتَ
إِبْرَهِيْمُ فَقَالَ النَّاسُ كَسَفَتِ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيْمَ فَقَالَ
رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ
لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا وَادْعُوا اللهَ
Dari Al-Mughirah bin
Syu’bah telah berkata : Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah
Saw pada wafatnya Ibrahim (putra Nabi Saw). Kemudian orang-orang berkata : “
Telah terjadi gerhana matahari karena wafatnya Ibrahim “. Maka Rasulullah Saw
bersabda : “ Sesungguhnya matahari dan bulan tidak akan terjadi gerhana karena
kematian seseorang dan tidak karena kelahiran seseorang, apabila kalian melihat
maka shalatlah dan berdoalah kepada Allah “. (Muttafaq ‘alaih)
§ Aqwal Ulama
الفقه الإسلامي وأدلته (2/ 545
صلاة الكسوف والخسوف سنة ثابتة مؤكدة باتفاق الفقهاء
“ (Hukum) shalat
gerhana matahari dan shalat gerhana rembulan adalah sunnah mu’akkadah dengan
kesepakatan para ahli fikih “ (al-Fiqh al-Islami 2/545)
والقسم الثاني ما تسن فيه الجماعة…. إلى أن قال
….. (و) صلاة (الكسوفين) أى كسوف الشمس
والقمر.
(إعانة الطالبين
1/301)
“ Bagian kedua dari
pembagian shalat sunnah adalah shalat sunnah yang disunnahkan dilakukan secara
berjamaah …….. dan shalat dua gerhana, yakni shalat gerhana matahari dan shalat
gerhana rembulan “ (I’anah al-Thalibin 1/301)
III. Tata cara melakukan shalat gerhana
1. Waktu.
Waktu pelaksanaan
shalat gerhana sejak terjadi gerhana hingga matahari/rembulan muncul kembali.
Apabila matahari/rembulan sudah muncul kembali maka waktu pelaksanaan shalat
gerhana sudah habis dan tidak disunnahkan qadla’.
2. Mandi
Disunnahkan mandi
sebelum melakukan shalat gerhana sebagaimana shalat jum’ah dan shalat ied
3.
Berjamaah
Disunnahkan
melakukan shalat gerhana secara berjamaah di Masjid
4. Adzan
Tidak disunnahkan
adzan dan iqamah, tetapi mengumandangkan kalimat : الصلاة جامعة (as-shalaatu jaami’ah)
sesaat sebelum melakukan shalat gerhana.
5. Rakaat
Jumlah rakaat shalat
gerhana adalah 2 (dua) rakaat. Setiap rakaat terdapat 2 (dua) kali berdiri dan
2 (dua) kali ruku’. Ketika berdiri terdapat 2 (dua) kali membaca fatihah dan 2
(dua) kali membaca surat.
6.
Jahr/Israr
Dalam shalat gerhana
matahari disunnahkan memelankan bacaan (israr) sebagaimana shalat yang
dikerjakan pada siang hari, sedangkan dalam shalat gerhana rembulan disunnahkan
mengeraskan bacaan (jahr).
7.
Khutbah
Disunnahkan
melakukan 2 (dua) khutbah setelah shalat gerhana sebagaimana khutbah shalat
jum’ah dan khutbah ied dalam rukun-rukunnya.
8.
Disunnahkan memperbanyak dzikir, doa, istighfar dan sedekah.
IV. Teknis melakukan shalat gerhana
Teknis shalat
gerhana berikut ini berdasarkan pendapat Jumhur (mayoritas) ulama.
1. Niat shalat sunnah gerhana berbarengan
dengan takbiratul ihram
أُصَلِّى سُنَّةَ كُسُوفِ الشَّمْسِ / سُنَّةَ
خُسُوْفِ القَمَرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا / إِمَامًا لِله تعَالى
2. Membaca doa iftitah
اَللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ
كَثِيْرً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. إنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ
للذِيْ فَطَرَالسَّمَوَاتِ وَاْلآَرْضَ حَنِيِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ
الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمْحْيَايَ وَمَمَاتِيْ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ
الْمُسْلِمِيْنَ
3. Membaca surat al-fatihah
4. Membaca surah. Jika mampu membaca surat
panjang, seperti surat al-Baqarah atau surat lain yang panjangnya sama dengan
surat al-Baqarah. Jika tidak mampu maka membaca surat pendek.
5. Ruku’ pertama pada berdiri pertama. Jika
mampu ruku’ pertama pada berdiri pertama dilakukan secara panjang dengan
mengulang-ulang bacaan tasbih kadar 100 ayat dari surat al-Baqarah.
6. Kembali berdiri untuk membaca surat
al-fatihah yang kedua
7. Membaca surah. Jika mampu membaca surat
panjang seperti surat Ali Imron atau surat lain yang panjangnya sama dengan
surat Ali Imron. Jika tidak mampu maka membaca surat pendek.
8. Ruku’ kedua pada berdiri pertama. Jika
mampu ruku’ kedua pada berdiri pertama dilakukan secara panjang dengan
mengulang-ulang bacaan tasbih kadar 80 ayat dari surat al-Baqarah.
9. Sujud secara panjang/lama dengan
mengulang-ulang bacaan tasbih sujud
10. Duduk diantara
dua sujud
11. Sujud kedua
secara panjang/lama dengan mengulang-ulang bacaan tasbih sujud
12. Berdiri untuk
melakukan rakaat kedua
13. Membaca surat al
fatihah
14. Membaca surah.
Jika mampu membaca surat-surat panjang seperti surat an-Nisa’ atau surat lain
yang panjangnya sama. Jika tidak mampu maka membaca surat pendek.
15. Ruku’ pertama
pada berdiri kedua. Jika mampu ruku’ pertama pada berdiri kedua dilakukan secara
panjang dengan mengulang-ulang bacaan tasbih kadar 70 ayat dari surat
al-Baqarah.
16. Kembali berdiri
untuk membaca surat al-fatihah yang kedua
17. Membaca surah.
Jika mampu membaca surat-surat panjang seperti surat al-Maidah atau surat lain
yang panjangnya sama. Jika tidak mampu maka membaca surat pendek.
18. Ruku’ kedua pada
berdiri kedua. Jika mampu ruku’ kedua pada berdiri kedua dilakukan secara
panjang dengan mengulang-ulang bacaan tasbih kadar 50 ayat dari surat
al-Baqarah.
19. Sujud secara
panjang/lama dengan mengulang-ulang bacaan tasbih sujud.
20. Duduk di antara
dua sujud
21. Sujud kedua
secara panjang/lama dengan mengulang-ulang bacaan tasbih sujud
22. Tahiyyat
23. Salam
V. Khutbah
Disunnahkan
melakukan khutbah setelah shalat gerhana dengan 2 (dua) khutbah. Adapun
rukun-rukun khutbah gerhana sebagaimana rukun khutbah jumat dan khutbah ied.
Referensi:
1. Tafsir al-Qurthubi
2. I’anah al-Thalibin
3. Al-Fiqh al-Islami
4. Al-Fiqh ala al –Madzahib al-Arba’ah
Disusun oleh: Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU
Jepara 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar