Masih percaya kalau
kaya harus terus bekerja? Kalau Anda masih percaya, silakan segera tobat dengan
membaca esai gemblung saya ini sampai selesai.
Matematika kerja itu
meniscayakan apa yang disebut dalam hadits Nabi sebagai
al-ujroh(upah/bayaran/gaji). Sehingga, ketika terus menerus bekerja, dengan
keras, minim istirahat, maka ujroh yang akan didapatkan kian meningkat. Itulah
yang terangkai dalam makna kalimat “Rajin Pangkal Kaya, Malas Pangkal Miskin.”
Saya membedakan
kerja dengan usaha. Lain dalam kerja, Anda yang jadi pengusaha (subjek dari
verba ‘usaha’), matematikanya bukan matematika gaji, tapi keuntungan. Dalam
bahasa fiqih disebut al-ribh (profit/surplus).
Bedanya lagi, bila
al-ujroh sifatnya stagnan -kecuali ada tunjangan raihan prestasi-, maka, dalam
al-ribh, sifatnya selalu bertambah bila terus dikembangkan. Al-ribhmembutuhkan
kreativitas lebih, sementara dalam al-ujroh, membutuhkan kerja keras berlebih
jika ingin tetap dapat berpenghasilan.
Sifat stagnan dalam
matematika kerja dan potensi berkembang dalam matematika usaha itulah yang
kemudian dinyatakan Kanjeng Guru dalam bahasa “Berpenghasilan Tetap atau Tetap
Berpenghasilan.” Pilihan pertama lebih aman dari yang kedua. Namun, pilihan
kedua lebih menjanjikan daripada memilih yang pertama. Kalau bisa, ya memilih
aman dan menjanjikan, bukan?
Pada medio 2013,
ketika saya berkunjung ke Kanjeng Guru, ia memberikan sebuah rapalan wirid yang
dijanjikan akan memberikan spirit keuntungan material berlebih. Sehingga, saya
dijamin bisa kaya tanpa harus bekerja. Bahasa Kanjeng Guru ketika itu bukan
kaya tanpa usaha, tapi kaya tanpa harus bekerja. Artinya, kaya itu bisa
diusahakan, walau tidak harus mempekerjakan diri attau dipekerjakan orang lain.
Siapa pun akan
tertarik dengan wirid tersebut. Namun, Kanjeng Guru dari awal sudah menyatakan
bahwa wirid tersebut tidak mudah untuk dilaksanakan walaupun mudah untuk
dilafalkan. Sebab, katanya, yang dibutuhkan untuk menjadi kaya bukan wiridnya,
namun keyakinan dan mentalnya. Di sini saya jadi ingat pesan para motivator
berdasi yang menyatakan bahwa kaya itu soal mental, bukan profesi semata.
Berkali-kali saya
dibilang tidak akan mampu melaksanakan wirid yang diceritakannya itu karena
sifat saya yang selalu ingin serba bisa dirasionalkan. Tidak ada hubungannya
kan antara wirid dan jadi kaya? Bahkan akan dianggap gemblung bin edan oleh,
barangkali, para motivator yang kaya karena pandai merangkai kalimat motivasi
dan membelokkan mental itu.
Dalam banyak fakta,
banyak wirid justru memperbanyak kesibukan menyendiri-semedi, yang itu artinya
sama saja dengan memiskinkan diri karena mutlak kurang bersosialisai
sebagaimana syarat jadi kaya. Kawan saya banyak juga kok yang sarjana kuburan. Yang hampir tiap
malam di kuburan. Menggantung nasib dari nasi dan rokok belas kasihan di
makam-makam. Saya tidak mencela mereka karena motivasi untuk kaya, hampir bukan
jadi tujuan hidup mereka. Sah-sah saja.
Tapi banyak pula
para kyai dan tokoh agama yang kaya tapi kesibukannya sekadar mengajar. Menurut
orang awam, dia kaya karena banyak wiridnya. Bagi saya, itu 100 persen salah.
Menurut saya, mereka kaya karena mental dan keyakinnya sudah tertata. Inilah
yang ditekankan oleh Kanjeng Guru.
Keyakinan tersebut
adalah terbangunnya rasa percaya penuh bahwa apa diterima adalah bagian dari
cara terbaik Gusti Allah membuat kaya hambanya, kita semua. Harus tertanam
keyakinan bahwa besok, esok, esoknya lagi, akan datang rejeki bagian kita yang
bahkan orang lain pun tidak akan pernah bisa mengambilnya. Baca esai saya soal
Mencairkan ATM Rejeki dari Tuhan. Ada keyakinan dalam diri bahwa kita akan jadi
kaya tanpa harus kerja.
Sebanyak apa pun
wirid Anda rapal, kalau Anda tidak memiliki keyakinan bahwa besok pagi akan ada
rejeki yang datang sengaja, maka, tak akan bermanfaat, apalagi membawa
keberkahan.
Apa sih wiridan
gemblung yang diberikan Kanjeng Guru itu? Mudah sekali. Syaratnya yang lumayan
berat: butuh kemantapan.
Baik, inilah wirid
tersebut: Bacalah YAA SUGIIH….YAA SUGIIH…YAA SUGIIH….di halaman rumah Anda
dengan posisi kepala langsung ke langit. Waktunya, tengah malam. Baca terus
sampai Anda mengantuk, lalu masuk kamar, dan, tidurlah nyenyak. Kalau belum
ngantuk, terus baca sebanyak-banyaknya. Untuk hemat waktu, ketika Anda mulai
merasa ngantuk, keluar saja ke halaman rumah, duduk di kursi. Jika kantuk sudah
berat tak tertahan, tidur. Lakukan itu setiap Anda mau.
Tapi jangan lupa,
tawassulnya ke pemberi wirid, yakni Kyai Aqib, Kecapi, Kab. Jepara, Jawa
Tengah. Ya, wirid gemblung kaya tanpa kerja itu dari beliau Kyai Aqib Jepara
(Alm). Insyaallah mustajab bila Anda yakin besok pagi ada dana 1 juta milyar
masuk ke rekening. Mental kaya, bisa mulai dibangun dari wirid gemblung ini.
Saya sudah melakukannya sedikit. Dan dianggap punya anakan tuyul beberapa. Saya
sudah mulai tobat.
Penulis, M Abdullah Badri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar