Setidaknya, setelah manusia ada, segala sesuatu yang terjadi di lingkungan selama ini, merupakan hasil dari ulah tangan manusia. Mengambil teori sebab akibat, tak mungkin ada sesuatu yang terjadi tanpa adanya sebab yang pasti. Karena proses itu muncul diakibatkan adanya sesuatu, yang itu disebut dengan penyabab.
Fenomena di Polandia, pada tanggal 19 dan 20 Desember lalu, sebanyak 29 orang meninggal, dikarenakan membeku di tengah temperatur dingin, yang bahkan mancapai 20 derajat celcius di bawah titik nol (Kompas, 20/12/10).
Inilah bukti, tinggi temperatur yang tak seperti biasanya. Seakan alam ini tidak ingin lagi bersahabat dengan makhluk yang disebut manusia. Mungkin alam "murka" setelah sekian lama menjadi objek sasaran hawa nafsu mereka. Bahkan secara tidak langsung bisa dikatakan alam sebagai pembunuh berdarah dingin. Di tengah suasana yang diharapkan bisa memberikan kebahagiaan bagi manusia. Di musim libur akhir tahun yang sudah mentradisi di seluruh dunia. Selain itu, akhir tahun juga menawarkan nuansa natal yang tak pernah terlepaskan oleh salju putih (White Chirstmas) yang amat khas.
Di belahan dunia justru kekacauan yang muncul. Badai salju dan suhu udara membeku di bawah nol masih terus melanda Eropa. Kekacauan transportasi terjadi besar-besaran di seluruh moda transportasi, baik laut, udara, maupun darat, termasuk angkutan berbasis rel. Bahkan ironisnya, kondisi ini berujung pada kematian puluhan orang (Kompas, 20/12/10).
Mengapa tahun ini musim salju menjadi sebuah persoalan yang sangat serius? Bukankah setiap tahun, salju musim dingin merupakan hal biasa di negara Eropa atau di tempat lain? Mengapa tidak, ini dikarenakan, musim dingin tahun ini datang lebih dini di sejumlah negara Eropa, tidak seperti tahun sebelumnya.
Selain itu, intensitasnya pun lebih tinggi. Sehingga suhu tidak hanya dirasakan lebih dingin, tetapi juga salju turun lebih lebat. Bahkan disertai dengan serangan badai yang begitu hebat. Tak Cuma itu saja, perubahan musim pun terjadi di hampir seluruh penjuru dunia.
Tercatat wilayah Eropa merupakan kawasan dengan emisi karbon tertinggi di dunia, termasuk juga Amerika (Kompas, 27/12/10). Sehingga tak sedikit kalangan ilmuan yang mengaitkan keganjilan ini semua, bahwa pemanasan global atau global warming sebagai tertuduh utama atas berbagai keganjilan yang terjadi tahun ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena apa yang terjadi saat ini tak lain, merupakan manisfestasi cuaca esktrim, yang dipicu oleh ancaman bumi yang ditakuti manusia selama ini.
Nah, kalau apa yang sekarang ini kita rasakan dan alami merupakan babak pembukaan (prelude). Karena sebagian manusia baru menyadari, kalau ini adalah akibat tangan mereka. Maka dengan ini, setidaknya manusia bisa punya alasan untuk lebih khwawatir terhadap apa yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang. Dan apa yang terjadi ini, setidaknya sebagai bahan renungan untuk melangkah ke depan. Pastinya, tak meninggalkan akal sehat dalam melangkah, tak hanya melihat dari sisi hasilnya saja, tapi juga dampak negatif yang akan muncul.
Seribu langkah pasti selayaknya cepat dilakukan. Seperti yang ditawarkan orang terdahulu, yaitu melakukan penghijauan di mana saja, khususnya diperkotaan yang sepi akan pepohonan. Serta ini tak lepas dari peranan pemerintah untuk ikut andil. Tidak hanya itu saja kesadaran pun menjadi kunci utama untuk ini. Kalau hal tersebut tidak didasari atas rasa kesadaran akan nasib keadaan alam yang ada sekarang ini, maka tak ada gunanya melakukan penghijauan, jika masih banyak ditemukan orang yang tak bertanggung jawab seperti penebangan pohon secara liar.
Sebagai wujud rasa diri, perlu ditekankan lagi bahwa semua orang sudah sepatutnya sadar akan apa yang telah diperbuatnya sampai sekarang ini terhadap bumi. Serta tak menunda-nunda langkah yang pasti untuk memperbaiki lingkungan yang sudah rusak, akibat ulah tangan para manusia. Sekiranya kesempatan itu masih ada, tak ada kata terlambat untuk memperbaiki ini. Kalau tidak mulai sekarang, kapan lagi?.