Sebuah Catatan Kecil yang Menaburkan Kecerahan dalam Wacana Kehidupan

Menelusuri Jejak Kezuhudan Isa al-Masih

Identitas Buku
Judul               : Kezuhudan Isa al-Masih dalam Literatur Sufi Suni Klasik
Pengarang      : Hasyim Muhammad
Penerbit         : RaSAIL
Cetakan          : I, Februari 2014
Halaman         : xx + 364
ISBN                : 978-979-1332-71-2

Sosok Isa al-Masih adalah figur manusia kontroversial yang ditampilkan berbeda dalam tradisi Islam dan Kristiani. Dalam keyakinan umat Kristiani, Isa al-Masih diposisikan sebagai figur sentral. Sosoknya dianggap merepresentasikan figur ilahi yang manusiawi, Tuhan mengejawantahkan dalam diri Isa al-Masih untuk menyelamatkan umat manusia dari segala bentuk keburukan dan penderitaan. Keyakinan yang demikian berbeda dalam Islam, Isa al-Masih ditampilkan sebagai figur manusia yang menempati tingkatan spiritual tertentu. Tidak lain ia adalah salah satu dari nabi yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan risalah kebenaran bagi umat manusia.
Pandangan yang demikian, berbeda bagi para sufi dalam memandang sosok Isa al-Masih ini. Bagi para sufi, Isa al-Masih merupakan teladan yang sangat populer dalam mengukuhkan doktrin asketis (zuhud) para sufi pada periode klasik. Setidaknya hal ini tergambar dalam banyak literatur, terutama di dalam literatur sufi suni klasik yang banyak menceritakan pesan-pesan dan kisah kehidupan asketis Isa al-Masih sebagai salah satu penguat sandaran doktrin asketisnya.
Buku yang berjudul “Kezuhudan Isa al-Masih dalam Literatur Sufi Suni Klasik” ini, tidak membahas perbedaan keyakinan dalam memposisikan Isa al-Masih, baik perspektif Islam maupun kristen. Namun menampilkan sisi lain, yakni sisi asketis yang ditampilkan oleh Isa al-Masih dalam kehidupan.
Dalam salah satu riwayat Ibnu Qutaibah, dalam memandang gemerlapnya dunia, Isa al-Masih pernah mengatakan bahwa sesungguhnya terpujilah orang yang melihat dengan hatinya, namun tidak terpesona dengan apa yang dilihatnya. Lebih lanjut dalam riwayat yang lain dikemukakan bahwa Isa al-Masih pernah mengkritik orang-orang yang berpakaian biarawan namun tidak mencerminkan dalam hatinya. Isa al-Masih mengatakan, mengapa kaliang datang kepadaku dengan pakaian biarawan, sementara hatimu seperti serigala dan binatang buas. Berpakailah seperti raja dengan hati yang dipenuhi rasa takut kepada Allah. (hal. 138)
Pesan yang ditampilkan oleh Isa al-Masih jelas menunjukkan bahwa ukuran kezuhudan seseorang tidak ditunjukkan dengan pakaian yang dikenakan. Namun lebih pada sikap batin yang tertanam dalam diri seseorang, tentang dengan harta benda duniawi yang nisbi dan ketundukan pada titah Tuhan yang hakiki.
Sebenarnya sikap yang benci dan menghindar dari dunia itu tidak berarti harus menghindarinya secara fisik. Namun cara pandanglah yang berbeda, kemewahan dunia yang dimiliki atau tidak dimiliki tidak mempengaruhi batin manusia. Sehingga manusia atau seoarang yang zuhud itu boleh memiliki harta benda namun tetap hatinya tidak boleh sampai merasa terbelenggu dengan apa yang ia miliki.
Selain itu, dalam riwayat As-Samarqandi yang berkaitan dengan kekuasaan, Isa al-Masih pernah mengatakan bahwa seorang penguasa seharusnya tidak berbuat keji, karena kepada mereka seharusnya umat manusia mencari perlindungan, tidak seharusnya pula mereka berbuat sewenang-wenang, karena kepadanya umat mengharapkan keadilan (hal. 121).
Dalam riwayat lain, Isa al-Masih pernah menyampaikan yang berisi tentang pesan terhadap para penguasa atau pemimpin. Isa al-Masih berpesan agar para pemimpin senantiasa siap berada di belakang orang-orang yang dipimpinnya, sebagaimana para penggembala yang senantiasa berada di belakang gembalaannya (hal. 122).
Pasan yang secara eksplisit yang ditujukan kepada para pemimpin ini sangat penting untuk dipahami dan diamalkan oleh semua pemimpin. Sebab yang dapat mengatur keadaan suatu bangsa atau sekelompok orang adalah pemimpinnya itu sendiri. Apabila pemimpin tersebut mampu memposisikan dirinya dengan baik, maka kesejahteraan bangsa akan terwujud. Dan sebaliknya, apabila pemimpinya serakah dan suka berbuat sewenang-wenang, maka ketidaksejahteraan akan melanda bangsa tersebut.
Buku yang ditulis oleh Hasyim Muhammad ini secara spesifik menggali konsep-konsep kezuhudan Isa al-Masih yang tergambar di beberapa riwayat yang terdapat di dalam literatur klasik. Dengan pendekatan hermeneutika produktif buku ini berupaya mengkaji nilai-nilai asketis yang terdapat di dalam kisah kezuhudan Isa al-Masih tersebut untuk dapat lebih dipahami substansinya. Pemahaman secara substantif sangat diperlukan agar kezuhudan yang merupakan doktrin spiritual yang bersifat universal dapat dipahami dan diamalkan dalam konteks kekinian.
Selain itu, buku ini juga ingin menjadikan doktrin zuhud yang semula terkesan melangit untuk bisa dibumikan, sehingga sikap zuhud tidak hanya layak dimiliki oleh orang-orang dengan tingkat spiritual tertentu, tetapi bisa dipahami dan diamalkan oleh setiap orang yang beriman yang mendambakan kedamaian hakiki dan kedekatan dengan Tuhan Yang Maha Esa.  



*Muhamad Zainal Mawahib
Share:

1 komentar:

Popular Posts

HALAMAN CATATAN WACANA

Archives

Makalah

Info

Opini