Dalam
Kitab al-Adzkar, Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa majelis dzikir dan
duduk di dalamnya hukumnya sunah (mustahab), sebagaimana disunahkannya
melakukan amalan dzikir. Dalil-dalil yang menerangkan tentang masalah ini
banyak sekali, di antaranya:
Dalil al-Qur’an
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا الَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا) ۴۱ (وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا) ۴۲(
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. al-Ahzab [33]: 41-42).
وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. al-Kahfi [18]: 28).
Mengenai dalil yang terdapat di dalam al-Qur’an di atas, Imam ath-Thabari --dalam Tafsir al-Tabhari-- memberikan tafsiran bahwa, “Tenangkanlah dirimu wahai Muhammad bersama shahabat-shahabatmu yang duduk berdzikir dan berdoa kepada Allah di pagi hari dan sore hari. Mereka dengan bertasbih, tahmid, tahlil, doa dan amal shalih serta shalat wajib dan amal lainnya, yang mereka itu hanya mengharapkan ridha Allah subhanahu wa ta’ala, dan bukan menginginkan keduniawian.”
Sedangkan Imam Ibnu Katsir --dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir-- ketika menafsirkan ayat ini berkata, “Yakni duduklah kamu bersama orang-orang yang mengingat Allah seraya mengagungkan, memuji, menyucikan dan membesarkan serta memohon kepada-Nya di setiap pagi dan petang hari dari kalangan hamba-hamba-Nya, baik mereka itu orang-orang fakir ataupun orang-orang kaya, orang-orang kuat atupun orang-orang lemah.”
Dalil
Hadits
Hadits
1
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِلَّهِ مَلاَئِكَةً يَطُوْفُوْنَ فِي الطُّرُقِ يَلْتَمِسُوْنَ أَهْلَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوْا قَوْمًا يَذْكُرُونَ اللهَ تَنَادَوْا هَلُمُّوْا إِلَى حَاجَتِكُمْ قَالَ فَيَحُفُّوْنَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ مِنْهُمْ مَا يَقُوْلُ عِبَادِيْ قَالُوْا يَقُوْلُوْنَ يُسَبِّحُوْنَكَ وَيُكَبِّرُوْنَكَ وَيَحْمَدُوْنَكَ وَيُمَجِّدُوْنَكَ قَالَ فَيَقُوْلُ هَلْ رَأَوْنِيْ قَالَ فَيَقُوْلُوْنَ لاَ وَاللهِ مَا رَأَوْكَ قَالَ فَيَقُوْلُ وَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِيْ قَالَ يَقُوْلُوْنَ لَوْ رَأَوْكَ كَانُوْا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً وَأَشَدَّ لَكَ تَمْجِيْدًا وَتَحْمِيْدًا وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيْحًا قَالَ يَقُوْلُ فَمَا يَسْأَلُوْنِيْ قَالَ يَسْأَلُوْنَكَ الْجَنَّةَ قَالَ يَقُوْلُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُوْلُوْنَ لاَ وَاللهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ يَقُوْلُ فَكَيْفَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُوْلُوْنَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا كَانُوْا أَشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصًا وَأَشَدَّ لَهَا طَلَبًا وَأَعْظَمَ فِيْهَا رَغْبَةً قَالَ فَمِمَّ يَتَعَوَّذُوْنَ قَالَ يَقُوْلُوْنَ مِنَ النَّارِ قَالَ يَقُوْلُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُوْلُوْنَ لاَ وَاللهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ يَقُوْلُ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُوْلُوْنَ لَوْ رَأَوْهَا كَانُوْا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَارًا وَأَشَدَّ لَهَا مَخَافَةً قَالَ فَيَقُوْلُ فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّيْ قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ قَالَ يَقُوْلُ مَلَكٌ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ فِيْهِمْ فُلاَنٌ لَيْسَ مِنْهُمْ إِنَّمَا جَاءَ لِحَاجَةٍ قَالَ هُمُ الْجُلَسَاءُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيْسُهُمْ
“Dari
Hurairah ra berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah memiliki banyak malaikat yang selalu mengadakan perjalanan,
mereka senantiasa mencari orang-orang yang berdzikir. Apabila mereka mendapati
suatu kaum sedang berdzikir kepada Allah, maka mereka akan saling berseru,
“Mintalah hajat kalian.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan,
“Lalu para malaikat itu mengelilingi dengan sayap-sayap mereka hingga memenuhi
jarak antara mereka dengan langit dunia.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
melanjutkan, “Lalu Tuhan mereka menanyakan kepada mereka, padahal Dia lebih
mengetahui daripada mereka, “Apa yang dikatakan oleh hamba-hamba-Ku?” Para
malaikat itu menjawab, “Mereka menyucikan, membesarkan, memuji dan
mengagungkan-Mu.” Allah bertanya lagi, “Apakah mereka pernah melihat-Ku?” Para
malaikat itu menjawab, “Demi Allah, mereka tidak pernah melihat-Mu?” Allah
bertanya lagi, “Bagaimana seandainya mereka pernah melihat-Ku?” Para malaikat
itu menjawab, “Seandainya mereka pernah melihat-Mu, tentu mereka akan lebih
bersungguh-sungguh beribadah, mengagungkan dan semakin banyak menyucikan-Mu.”
Allah bertanya lagi, “Apa yang mereka minta pada-Ku?” Para malaikat itu menjawab,
“Mereka memohon surga-Mu.” Allah bertanya lagi, “Apakah mereka sudah pernah
melihat surga-Ku?” Para malaikat menjawab, “Belum wahai Tuhan kami.” Allah
bertanya lagi, “Bagaimana jika mereka telah melihat surga-Ku?” Para malaikat
itu menjawab, “Tentu mereka akan lebih bersungguh-sungguh memohon dan
menginginkannya.” Allah bertanya lagi, “Dari apakah mereka memohon
perlindungan-Ku?” Para malaikat itu menjawab, “Dari neraka-Mu.” Allah bertanya
lagi, “Apakah mereka sudah pernah melihat neraka-Ku?” Para malaikat itu
menjawab, “Demi Allah mereka belum pernah melihat neraka-Mu.” Allah bertanya
lagi, “Bagaimana seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku?” Para malaikat itu
menjawab, “Tentu mereka akan semakin lari dan takut pada neraka itu.” Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan, “Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman, “Saksikanlah oleh kalian, bahwa Aku sudah mengampuni mereka.” Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan lagi, “Lalu sebagian dari malaikat
itu ada yang berkata, “Wahai Tuhan kami, di antara mereka terdapat si Fulan, ia
bukanlah termasuk orang-orang yang berdzikir, hanya saja ia kebetulan datang
karena ada kepentingan (duduk bersama mereka).” Lalu Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman, “Mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara karena orang itu ikut
duduk bersama mereka.” (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Dalam Kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar al-Asqalani memberikan komentar:
وَفِي الْحَدِيْثِ فَضْلُ مَجَالِسِ الذِّكْرِ وَالذَّاكِرِيْنَ وَفَضْلُ اْلاِجْتِمَاعِ عَلَى ذَلِكَ وَاَنَّ جَلِيْسَهُمْ يَنْدَرِجُ مَعَهُمْ فِيْ جَمِيْعِ مَا يَتَفَضَّلُ اللهُ تَعَالَى بِهِ عَلَيْهِمْ اِكْرَامًا لَهُمْ وَلَوْ لَمْ يُشَارِكْهُمْ فِيْ أَصْلِ الذِّكْرِ
“Hadits tersebut mengandung keutamaan majelis-majelis dzikir, orang-orang yang berdzikir dan keutamaan berkumpul untuk berdzikir, orang yang duduk, akan masuk dalam golongan mereka dalam semua apa yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepada mereka, karena memuliakan mereka, meskipun ia tidak mengikuti mereka dalam berdzikir.” (Fath al-Bari, Juz 11, halaman 213).
Hadits 2
عَنْ أَبِي هُريْرةَ وَعَنْ أَبِي سَعِيْدٍ رَضِيَ اللهُ عنْهُمَا قَالاَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ إِلاَّ حَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ
“Dari Abu Hurairah dan dari Abu Said al-Khudri ra berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah, melainkan mereka akan diliputi oleh para malaikat, dan Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada mereka, memberikan ketenangan hati dan memujinya di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR Imam Muslim).
Hadits 3
عَنْ أَنَسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا، قَالَ وَمَارِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
“Dari
Anas ra, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bila kamu melewati
taman-taman surga, maka singgahlah. Shahabat bertanya, “Apa taman surga itu?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Majelis dzikir.” (HR Imam
Ahmad dan Imam Tirmidzi).
Hadits
4
عَنْ مُعَاوِيَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى حَلْقَةٍ مِنْ أَصحَابِهِ فَقَالَ: مَا أَجْلَسَكُمْ ؟ قَالُوْا جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللهَ وَنَحْمَدُهُ علَى مَاهَدَانَا لِلإِسْلاَمِ وَمَنَّ بِهِ عَلَيْنَا، قَالَ آللهِ مَا أَجْلَسَكُمْ إِلاَّ ذَاكَ؟ قاَلُوْا وَاللهِ مَا أَجْلَسْنَا إِلاَّ ذَاكَ، قَالَ أَمَا إِنِّيْ لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ، وَلِكنَّهُ أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَأَخْبَرَنِيْ أَنَّ الله يُبَاهِيْ بِكُمُ الْمَلاَئِكَةَ
Dari Muawiyah ra yang berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu ketika keluar menuju suatu golongan yang berhimpun dari kalangan shahabat-shahabatnya, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah yang menyebabkan kalian semua duduk ini?” Para shahabat menjawab, “Kami duduk untuk berzikir kepada Allah, juga memuji pada-Nya karena telah menunjukkan kami semua kepada Islam dan mengaruniakan kenikmatan Islam itu pada kami.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, “Apakah, demi Allah, kalian semua duduk di sini hanya karena itu?” Sesungguhnya aku bukannya meminta sumpah dari kalian semua karena meragukan kalian, tetapi Jibril datang padaku dan memberitahukan bahwasanya Allah membanggakan kalian di hadapan para malaikat.” (HR Imam Muslim, Imam Ahmad, Imam Tirmidzi dan Imam Nasa’i).
Hadits 5
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍِ قَالَ إِنَّا لَعِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ قَالَ هَلْ فِيْكُمْ غَرِيْبٌ؟ يَعْنِيْ اَهْلَ الْكِتَابِ، قُلْنَا لاَ يَا رَسُوْلَ الله، فَأَمَرَ بِغَلْقِ الْبَابِ، فَقَالَ ارْفَعُوْا أَيْدِيَكُمْ فَقُوْلُوْا لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ، فَرَفَعْنَا أَيْدِيَنَا سَاعَةً ثُمَّ وَضَعَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ، ثُمَّ قَالَ الْحَمْدُ ِللهِ، اَللَّهُمَّ إِنَّكَ بَعَثْتَنِيْ بِهَذِهِ الْكَلِمَةِ وَأَمَرْتَنِيْ بِهَا وَوَعَدْتَنِيْ عَلَيْهَا الْجَنَّةَ إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيْعَادِ، ثُمَّ قَالَ أَبْشِرُوْا فَإِنَّ اللهَ قَدْ غَفَرَ لَكُمْ
“Dari Syaddad bin Aus ra, ia berkata, “Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba beliau berkata, “Apakah di antara kalian ada orang asing? (Yang dimaksud adalah Ahli Kitab). Kami menjawab, “Tidak ada ya Rasulullah.” Beliau kemudian memerintahkan kami agar mengunci pintu dan berkata, “Angkatlah tangan kalian, lalu katakan Laa ilaaha illallaah!” Kami mengangkat tangan beberapa saat, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya, lalu bersabda: “Alhamdulillah, ya Allah, sesungguhnya Engkau mengutusku dengan membawa kalimat tauhid ini, Engkau memerintahkannya kepadaku dan menjanjikanku surga karenanya, sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi janji.” Kemudian beliau bersabda, “Bergembiralah, sesungguhnya Allah telah mengampuni kalian.” (HR Imam Ahmad, Imam al-Hakim, Imam Thabrani dan Imam al-Bazzar).
Hadits 6
بَابُ التَّكْبِيْرِ أَيَّامَ مِنًى وَإِذَا غَدَا إِلَى عَرَفَةَ. وَكَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يُكَبِّرُ فِي قُبَّتِهِ بِمِنًى فَيَسْمَعُهُ أَهْلُ الْمَسْجِدِ فَيُكَبِّرُوْنَ وَيُكَبِّرُ أَهْلُ اْلأَسْوَاقِ حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيْرًا
‘Bab membaca takbir pada hari-hari Mina dan ketika berangkat ke Arafah. Bahwasanya Umar ra membaca takbir di kubahnya di Mina, lalu orang-orang di dalam masjid mendengarnya, maka mereka pun bertakbir, dan orang-orang yang ada di pasar juga bertakbir sehingga gema takbir mengguncang Mina…” (HR Imam Bukhari).
Berdasarkan dalil-dalil di atas, rasanya jumlah sekian itu sudah lebih dari cukup untuk menegaskan bahwa berdzikir secara berjamaah di dalam suatu majelis adalah amaliah yang telah ada sejak masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat radhiyallaahu ‘anhum. Dengan demikian pantas bagi kita menolak pemahaman yang disebarluaskan oleh sekelompok orang saat ini yang mengatakan bahwa majelis dzikir itu bid’ah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar